Tarian Amuk Asang
[nggallery id=2] Tarian Amuk Asang di Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke 4 di Tobelo, Maluku Utara.
[nggallery id=2] Tarian Amuk Asang di Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke 4 di Tobelo, Maluku Utara.
[nggallery id=1] Perempuan Adat Nusantara pada Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke 4 di Tobelo, Maluku Utara
Tobelo|ASTEKI-Kotahujan.com-Ragam makanan se-nusantara tampak tersaji dimeja-meja yang dideretkan. Rupa dan bentuk hingga cara penyajiannya sangat variatif dan menarik. Sungguh pemandangan yang membanggakan dan mengharukan. Membanggakan karena ternyata di nusantara memiliki ragam pangan yang banyak tak melulu dari beras, mengharukan karena posisi keberadaan pangan itu terancam jika masyarakat adat dipinggirkan. Ragam pangan tersebut tersaji dalam aganda Kuliner Nusantara, salah satu acara dalam rangkaian KMAN IV di Tobelo, Minggu (22/09/2012).
Tobelo|ASTEKI-Kotahujan.com-Sejak lahir masyarakat adat sejatinya sudah diwarisi tatanan dan nilai yang melekat dari leluhurnya. Tatanan ini bentuknya adalah kearifan tradisional untuk mengelola sumberdaya alam-nya. Kedekatan masyarakat adat dengan alam dan leluhurnya terlihat dari kepatuhan mereka mengikuti pranata adat yang memastikan keseimbangan antara kebutuhan, ketahanan dan keberlanjutan. Sayangnya tatanan ini justru terusik dengan kebijakan konservasi ala pemerintah yang tidak memberi ruang pada masyarakat adat. Demikian latar belakang topik sarasehan KMAN IV
Tobelo|ASTEKI-Kotahujan.com-Hutan adalah kehidupan inti masyarakat adat. Jika hutan diusik, masyarakat adat pasti langsung bereaksi. Kasus dibeberapa wilayah adat sudah membuktikan bagaimana masyarakat adat kehilangan kontrol atas hutan adatnya. Penerapkan UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan dan turunannya telah menimbulkan gejolak pada masyarakat adat. Tak ada solusi lain selain mengembalikan kontrol atas hutan adatnya ke masyarakat adat. Demikian semangat pembuka pada sarasehan KMAN IV dengan tema Pengelolaan Hutan Berbasis Komunitas
“Dengan Bergotong-royong Kita Pelihara dan Kelola Kekayaan Titipan Leluhur Kita untuk Masyarakat Adat yang Mandiri secara Ekonomi” Saudara-Saudariku Masyarakat Adat Nusantara yang berbahagia Gotong-royong adalah kata yang semakin langka dan bahkan hampir punah dalam kehidupan keseharian kita sebagai Bangsa yang dibangun dari ratusan suku-bangsa yang berbudaya gotong-royong. Gotong-royong adalah dua kata yang dirangkai menjadi satu makna, yang walaupun di masing-masing bahasa suku-suku di Nusantara memiliki padanan kata dalam bahasa adat