Pidato Sekretaris Jendral Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) 2021 & 22 Tahun AMAN
“Tetap Tangguh di Tengah Krisis”
17 Maret 2021
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakkatuh,
Om Swastiastu,
Namo Budaya,
Salam Salam Sejahtera
Manasu mo raka? Horas! Tabea! Ahoy! Sampurasun! Ho Tu!
Adil Ka Talino, Bacuramin Ka Saruga Basengat Ka Jubata. Salam Nusantara!
Hidup Masyarakat Adat!
Masyarakat Adat Bangkit Bersatu! Berdaulat
Bangkit Bersatu! Mandiri
Bangkit Bersatu! Bermartabat
Ketua dan Anggota Dewan AMAN Nasional dari 7 region yang saya hormati, seluruh Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, Organisasi Sayap, Badan Otonom dan Lembaga Ekonomi AMAN yang saya banggakan, seluruh Anggota AMAN 2.422 komunitas adat di penjuru Nusantara yang saya muliakan, serta para sahabat dan pendukung Gerakan Masyarakat Adat Nusantara yang masih setia berjuang bersama Masyarakat Adat hingga detik ini.
Pertama-tama, ijinkan saya menyampaikan hormat kepada alam semesta, para leluhur Masyarakat Adat, dan puji syukur kepada Yang Maha Kuasa Sang Pencipta Alam Semesta untuk kebahagiaan kita pada bersejarah ini.
Bapak/ Ibu dan saudara-saudaraku yang saya muliakan,
Hari ini, Masyarakat Adat di seluruh Nusantara sedang merayakan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) dan 22 Tahun berdirinya AMAN ditengah-tengah terpaan badai COVID-19. Ijinkan saya mengajak kita semua untuk mengirimkan doa dan semangat kepada seluruh Masyarakat Adat yang selama setahun terakhir ini masih tetap tangguh mempertahankan wilayah adatnya dari ancaman pandemic COVID-19, sehingga tidak terjadi ledakan wabah virus corona di wilayah adat. Doa khusus bagi para pahlawan kita, para tenaga medis yang dengan tulus masih terus berjuang sebagai garda terdepan meski dalam kondisi penuh keterbatasan.
Secara khusus, mari kita serukan semangat dan doa kepada seluruh pasukan Unit Tanggap Darurat #AMANkanCOVID19 yang sejak setahun terakhir masih terus bekerja keras untuk memastikan Masyarakat Adat se-Nusantara tetap diberi kesehatan dan kekuatan untuk terus bertahan menghadapi pandemi yang belum berakhir saat ini. Para kaum laki-laki, Perempuan Adat dan Generasi Muda yang menjadi pengerak AMANkanCovid19 serta menjadi garda terdepan membangun Gerakan Kedaulatan Pangan dan Ekonomi Masyarakat Adat. Hotu!
Bapak, Ibu, saudara-saudaraku yang saya hormati,
Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia, perampasan wilayah-wilayah adat oleh negara dan korporasi, yang dibarengi dengan aksi-aksi kriminalisasi dan kekerasan terhadap masyarakat adat dan pejuang masyarakat adat tetap terjadi dan bahkan menunjukkan trend yang meluas. Kita tentu masih ingat Masyarakat Adat Kampong Durian Selemak di Sumatera Utara, Masyarakat Adat Rendu di Nagekeo-NTT, Masyarakat Adat Pubabu di TTS-NTT, Orang Dayak Agabag di Kaltara dan Kamung Long Bagun di Kaltim. Ketika kita berjuang melawan pandemi pada saat yang sama kita pun harus berjibaku mempertahankan wilayah adat. Pandemi justru menjadi kesempatan ekspansi modal dan memperparah perampasan wilayah adat atas nama hukum.
Dengan mengesahkan UU Minerba dan UU CILAKA, negara tampak sulit berkilah dari dakwaan bahwa negara telah menggunakan kesulitan komunikasi politik di tengah pandemi Covid-19 dengan menjauhkan proses pembahasan kedua UU tersebut dari partisipasi yang efektif Masyarakat Adat dan kelompok masyarakat lainnya. Aksi-aksi penolakan yang dilakukan berbagai elemen gerakan rakyat termasuk Masyarakat Adat sama sekali tidak diperhatikan, bahkan direspon dengan kekerasan dan kriminalisasi.
UU Minerba dan UU CILAKA adalah dua UU yang menempatkan masyarakat adat dan lingkungan hidup dalam bahaya. Kedua UU ini tunduk pada logika hukum dan prosedur pengakuan yang diskriminatif, membatasi, sektoral, dan parsial, sebagaimana berbagai peraturan sektoral yang telah ada. Penguasaan negara yang absolut atas wilayah adat dan sumberdaya alam, maka perampasan wilayah-wilayah adat, kriminalisasi dan kekerasan semakin marak terjadi.
Saudara, saudari yang saya kasihi,
Pada saat yang sama, sikap Negara terhadap kita Masyarakat Adat belum berubah. Sikap abai, mempersulit, bertele-tele menghambat berbagai agenda perubahan. Putusan MK 35/2012 sejauh ini hanya menghasilkan 56.903 hektar hutan adat. Kita masih terus dihadapkan dengan jebakan “Clear & Clean”!. Sementara RUU Masyarakat Adat kendati kembali masuk dalam Prolegnas 2021, namun naskah yang ada saat ini sama sekali jauh dari cita-cita perjuangan kita. Naskah yang ada saat ini laksana jauh panggang dari api, tak akan mampu menyelesaikan persoalan bangsa ini terkait dengan Masyarakat Adat.
Bapak, Ibu, Saudara, saudari yang saya banggakan
Ditengah-tengah krisis hukum dan ketidak pastian hak Masyarakat Adat. Hari ini kita menyaksikan satu sejarah baru, dimana kapitalisme sedang mengalami krisis yang sangat besar. Paradigma pembangunan yang mengandalkan ekonomi-politik neoliberalisme yang selama ini dipraktekkan oleh rejim Kapitalisme global telah GAGAL TOTAL. Gagal membangun kesejahteraan bagi kita semua. Pabrik ditutup, industri skala besar terancam bangkrut, PHK massal terjadi dimana-mana, biaya hidup warga perkotaan meningkat, tingkat pengangguran di dunia dan di Indonesia terus meningkat pesat. Sekali lagi, ini membuktikan bahwa rejim Kapitalisme dengan model ekonomi neoliberalnya GAGAL TOTAL.
COVID-19 telah memukul sangat keras negara-negara dengan ketimpangan ekonomi yang tinggi, termasuk Indonesia. Ketika krisis global ini terjadi, tidak ada solidaritas dari pengusaha-pengusaha kaya yang selama ini diistimewakan dan dimanjakan pemerintah dengan berbagai regulasi dan dana. Tidak ada mitigasi yang kuat dan langkah-langkah konkrit yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah PHK massal, termasuk mengatasi dampak lanjutan dari PHK tersebut. Propaganda pembangunan yang selalu kita dengar bahwa “perusahaan menciptakan lapangan kerja dan menjamin kehidupan” terbukti hanyalah isapan jempol semata.
Di tengah pandemi, kita juga menyaksikan berbagai bencana buatan manusia yang melanda dunia dan tanah air kita. Musim kemarau yang lebih panjang dari biasanya, banjir besar dan tanah longsor sedang terjadi di mana-mana. Membuat kita semua semakin terancam. Semua ini bersumber dari karena SALAH URUS oleh Pemerintah yang secara serampangan memberikan ijin-ijin ekploitasi kepada perusahaan-perusahaan yang rakus. Banjir di Kalimantan Selatan jelas merupakan dampak buruk dari ekploitasi alam dan bukan semata-mata karena curah hujan yang tinggi.
Covid 19 membuktikan bahwa semakin dekat kita dengan konsesi korporasi semakin terancam hidup kita ketika terjadi krisis. Sebaliknya wilayah-wilayah adat kita yang tidak tersentuh perusahaan justru terbukti tangguh di tengah krisis.
Kita Tangguh di Tengah Krisis!
Bapak/Ibu dan Saudara-saudaraku yang saya kasihi,
Pada perayaan HKMAN 2021 dan 22 Tahun AMAN, kita menetapkan Tema “Tetap Tangguh di Tengah Krisis” sebagai cermin dari situasi dihadapi oleh Masyarakat Adat saat ini.
Pada hari bersejarah ini, saya mengajak kita semua meneguhkan kembali salah satu sikap dan prinsip Masyarakat Adat Nusantara yakni “Mandiri” melalui Maklumat Tanjung Gusta, bahwa:
“Kemandirian Masyarakat Adat tercapai jika kita hidup sejahtera dan berbahagia dengan mengelola secara bijaksana dan berkelanjutan seluruh kekayaan titipan leluhur, baik kekayaan material yang berada di bawah, di atas permukaan tanah di dalam wilayah adat kita masing-masing maupun kekayaan immaterial berupa spritulitas, pengetahuan, seni tradisi, kesusasteraan, ritual-ritual dan kearifan adat kita. Ekonomi masyarakat adat mandiri jika sungai, laut, hutan dan tanah leluhur kita menyediakan kebutuhan hidup berkecukupan bagi kita. Pangan cukup, energi pun cukup! Ekonomi kita mandiri jika kreatifitas dan inovasi dalam budaya kita membahagiakan diri kita sendiri dan orang lain di sekitarnya”.
Selama setahun menghadapi pandemi COVID-19, kita Masyarakat Adat mampu bertahan di tengah krisis yang sedang berlangsung saat ini. Kita bertahan menjaga keutuhan wilayah adat, masih setia menjalankan nilai-nilai dan praktek luhur nenek moyang kita melalui ritual, musyawarah adat, gotong royong, merawat rasa senasib sepenanggungan dan memanfaatkan kekayaan titipan leluhur secara bijaksana.
Satu tahun terakhir kita bekerja dan mengelola wilayah adat kita dengan baik untuk memastikan Kedaulatan Pangan dan Ekonomi kita tetap terjaga dan semakin kuat. Hari bersejarah ini membuktikan bahwa kita mampu menghadapi krisis. Saya berkeyakinan semangat gotong royong, rasa senasib sepenanggungan dan setia kepada jalan leluhur adalah kekuatan yang yang akan membuat kita mampu melewati berbagai krisis yang akan terjadi di masa depan.
Bapak/ Ibu dan saudara-saudaraku semua,
COVID-19 menegaskan bahwa apa yang selama ini kita perjuangkan adalah benar dan baik. Pandemi memberikan berbagai jawaban sekaligus memberikan petunjuk arah ke masa depan yang lebih baik, sebuah kehidupan baru dimana kita harus hidup terus menjaga ibu bumi dan adil dengan sesama manusia.
Kita menginginkan keselamatan bumi bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia. Hal ini dapat berlangsung apabila bumi yang kita cintai dikelola secara adil dan berkelanjutan. Sistem yang bersifat eksploitatif dan merusak, harus ditinggalkan, diganti dengan sistem gotong-royong yang mengakar pada prinsip-prinsip kearifan lokal dan budaya agraris serta bahari setempat.
Dengan semangat HKMAN, kita harus mampu membebaskan pikiran kita dari keyakinan semu yang ditanamkan oleh kapitalis tentang produksi pangan. Kita telah dipaksa percaya dengan pupuk kimia buatan pabrik lalu kita melupakan bahwa sesungguhnya alam di sekitar kita menyediakan pupuk yang melimpah dan gratis. Keyakinan palsu telah membuat kita meracuni dan merusak Ibu Bumi, diri kita dan anak-anak kita. Hal ini harus segera kita perbaiki dengan mulai kembali pada produksi pangan yang lebih sehat. Produksi pangan organik tidak saja akan menyembuhkan alam tetapi sesungguhnya akan membebaskan pikiran kita dari penjajahan kapitalis “revolusi hijau”.
Rehabilitasi wilayah adat harus dilakukan secara total dan tidak hanya sebatas menanam pohon saja, tetapi juga melakukan rehabilitasi fisik tanah yang rusak, pengelolaan system pertanian yang salah akan gagal. Tentu saja, rehabilitasi Wilayah-wilayah adat yang rusak akibat aktivitas pertambangan dan perkebunan sawit harus kita lanjutkan. terus direhabilitasi, untuk memastikan resiliensi Masyarakat Adat terus bertahan, dengan merubah sistem pertanian kita secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Saudara-saudara yang saya kasihi,
Semangat gotong-royong dan solidaritas yang kita bangun bersama terbukti menjamin kedaulatan pangan di wilayah-wilayah adat. Kita perlu membuka diri dengan introduksi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperkuat pengetahuan dan teknologi yang kita warisi dari leluhur kita. Kita harus mampu membangun unit-unit produksi yang kokoh di komunitas masyarakat adat serta mengembangkan sistim pasar lokal yang akan menjadi jembatan bagi kita untuk berbagi dengan orang lain di sekitar kita.
“Bumi ini cukup untuk semua orang”. Saatnya kita menciptakan Kehidupan Baru dimana bumi bahkan lebih dari cukup untuk menjamin kehidupan manusia yang ada saat ini dan generasi yang akan datang.
Untuk memastikan kita dapat tetap tangguh dalam situasi krisis ini, kita harus memperkuat persatuan dan rasa senasib sepenanggungan antara Masyarakat Adat dengan Petani, Nelayan dan Buruh.
Di hari bersejarah ini, melalui perayaan HKMAN dan 22 Tahun AMAN ini, saya mengajak seluruh Masyarakat Adat Nusantara untuk bersama-sama, bersolidaritas kepada sahabat kita, Ketua Umum KASBI, saudara Nining Elitos, yang saat ini mengalami kriminalisasi dengan dalih pandemi. Nining adalah salah satu pimpinan organisasi yang tanpa lelah bersuara suara kritis dan melawan penindasan rejim. Saat ini juga banyak pemimpin masyarakat adat sedang berada di balik jeruji besi karena mempertahankan wilayah adat.
Nining sama dengan kita Masyarakat Adat yang menjadi korban kriminalisasi karena memperjuangkan dan mempertahankan hak-hak kita.
Di hari bersejarah bagi Masyarakat Adat Nusantara ini, ijinkan saya mengajak seluruh saudara-saudaraku Petani, Buruh, Nelayan, Perempuan dan segenap rakyat Indonesia untuk perkuat gotong-royong dan solidaritas. Kita harus bergandengan tangan , melangkah bersama memutuskan lingkaran setan ekonomi kapitalistik dan neoliberal yang selama ini telah menindas kita semua!
Kita bersama-sama menyerukan #STOPKriminalisasi. Kita sedang mengarungi Krisis politik, Krisis Hukum, Krisis Bumi, Krisis Kemanusiaan di tengah-tengah Pandemi.
Kita semua Rakyat Indonesia Harus Tetap Tangguh di Tengah Krisis!
Akhir kata, Kita telah membuktikan bahwa kita tangguh di tengah krisis. Tapi kita juga masih harus berjuang lebih keras untuk mendesakkan pengesahan UU Masyarakat Adat sesuai dengan aspirasi kita. Hari ini, kita juga melihat di penjuru Nusantara ratusan komunitas Masyarakat Adat menyerukan pengesahan RUU Masyarakat Adat.
Untuk itu kita semua harus terus mengobarkan semangat di hati kita masing masing, bahwa kita pasti akan mewujudkan Masyarakat Adat dan Bangsa Indonesia yang berdaulat, mandiri dan bermartabat menuju kehidupan rakyat Indonesia yang adil dan makmur.
Selamat merayakan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara tahun 2021 dan 22 Tahun berdirinya AMAN yang kita cintai .
Salam Nusantara!
RUKKA SOMBOLINGGI
Sekretaris Jendral AMAN
Download: Pidato Sekjen AMAN_HKMAN2021