20 Tahun AMAN: Dapur Kuliner Ala Masyarakat Adat

20 Tahun AMAN: Dapur Kuliner Ala Masyarakat Adat

Jakarta (10/9/2019), www.aman.or.id - Selalu ada yang khas dan unik dalam setiap perhelatan besar AMAN, seperti perayaan 20 Tahun AMAN/Hari Masyarakat Adat Sedunia yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki (TIM), 9 – 11 Agustus 2019. Salah satunya soal kuliner.

Penyediaan konsumsi dalam kegiatan-kegiatan AMAN biasanya dilakukan dengan gotong-royong ala masyarakat adat. Demikian pula dalam kegiatan selama tiga hari di TIM. Panitia penyelenggara PB AMAN mendirikan dapur umum di areal TIM, tepatnya di samping belakang gedung Teater Besar.

Ada 60-an jurumasak yang bekerja di dapur besar itu untuk menyediakan konsumsi bagi 700-an peserta perayaan dan panitia. Ini jurumasak gabungan. “Peserta-peserta dari komunitas adat kita minta membawa juru masak. Yang sekarang ini kayaknya yang terbanyak dari Toraja, hampir 20 orang,” jelas Rainy Situmorang, staf PB AMAN Jakarta.

Selain untuk menunjukkan kegotong-royongan, tujuan dari pelibatan jurumasak komunitas ini adalah untuk memberi variasi menu masakan. “Jadi rame. Hari ini kita makan dengan variasi menu masakan-masakan dari Sumatera, besok dari Kalimantan, atau Maluku,” kata Silvy, salah satu dari tiga orang penanggung jawab dapur umum kali ini. Dua penanggung jawab lain adalah Senda dari kantor PB AMAN dan Romba Sombolinggi dari AMAN Sulsel.

Memang jadi rame. Peserta pertemuan bisa menikmati kuliner-kuliner Nusantara, seperti aneka rasa papeda dari Maluku dan Papua, ikan arsik dari Tano Batak, nasi yang dimasak dalam bambu dari Luwu (Sulawesi), sayur mandai, sayur berbahan buah cempedak dari Kahayan, Kalimantan, dan banyak lagi.

“Nasinya pun bervariasi. Ada nasi putih biasa, ada nasi beras hitam, ada nasi jagung,” jelas Silvy. “Pokoknya gaya Nusantara, “ lanjutnya dengan nada riang.

Setiap hari pengurus dapur umum ini belanja ikan, daging, sayuran dan bumbu sesuai permintaan para jurumasak yang memang. “Tapi banyak juga yang membawa bahan dan bumbu sendiri, karena di sini tidak ada. Itu masakan dalam bambu dari Luwu, mereka bawa bambunya dari sana,” jelas Rainny Situmorang.

Itulah bagian lain dari perhelatan-perhelatan AMAN. Selain menggalang persaudaraan dan menyatukan perjuangan masyarakat-masyarakat adat, juga melakukan silang-silang budaya, antara lain dalam budaya kuliner. Indonesia memang amat kaya.

(Nestor Tambun)

Tinggalkan Balasan