Sintang, www.aman.or.id-Hasil studi tim ekonomi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) bekerja sama dengan Aziz Khan peneliti dari Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari-April 2018, menunjukan nilai ekonomi per kapita per tahun wilayah Masyarakat Adat Seberuang sebesar 36,45 juta, lebih besar ketimbang Produk Domestik Bruto Daerah (PDRB) pertahun Kabupaten Sintang 27,89 juta tahun 2016.
Tentu saja hasil ini disambut atusias oleh pihak Pemerintah Daerah Sintang, Kalimantan Barat, untuk itu hasil valuasi ekonomi ini di seminarkan dengan tema, “Peran Ekonomi Masyarakat Adat Dalam Pengembangan Sintang Lestari” (24/4), yang dihadiri oleh Pengurus Besar AMAN, Pengurus Daerah, Para peneliti, Organisasi Masyarakat Sipil dan Perwakilan dari Pemerintah Daerah Sintang.
Sudiyono, Kadis Penanaman Modal & Pelaksanaan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten Sintang menyambut positif seminar ini, menurutnya hasil valuasi ini akan mendorong pekembangan ekonomi dan pembangunan di wilayah adat Seberuang.
“Ini suatu kegiatan yang bagus untuk pengembangan daerah kita, sehingga pada saatnya nanti kita akan tau potensi-potensi di bidang ekonomi masyarakat serta sosial budaya, sub-sub suku yang berada di Kabupaten Sintang, lebih khusus kepada sub suku Seberuang,” jelas Sudiyono.
Lebih lanjut Sudiyono berharap untuk masa depan, akan ada kegiatan valuasi ekomomi di wilayah-wilayah yang lain. Nantinya Pemerintah Daerah Sintang juga akan mendukung kegiatan serupa.
Nilai ekonomi pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan Masyarakat Adat Seberuang Riam Batu 38,49 miliar rupiah per tahun. Angka ini terdiri dari nilai ekonomi produk SDA sebesar 27,14 miliar rupiah per tahun dan nilai jasa lingkungan sebesar 11,35 miliar rupiah per tahun. Nilai jasa lingkungan tersebut merupakan nilai jasa dari hutan lindung yang ada yang dalam valuasi didekati dari hasil air dari hutan lindung tersebut yang digunakan untuk memasok Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Seberuang.
Aziz Khan peneliti valuasi ekonomi wilayah adat Seberuang yang hadir dalam seminar melihat respon yang positif dari para peserta yang datang.
“Yang jelas antusiasme terhadap hasil itu sangat tinggi, dicirikan oleh banyak sekali pertanyaan-pertanyaan tidak hanya pada masalah yang diteliti, juga beberapa impikasi dan kelanjutan dari langkah-langkah apa yang diperlukan masyarakat ada ini, betul-betul punya kapasitas dalam pengelolaan ekonomi di wilayahnya,” ungkap Aziz.
Lebih jauh Aziz menjelaskan bahwa, temuan nilai ekonomi pengelolaan sumber daya alam Masyarakat Adat Seberuang yang melampaui nilai PDRB telah membuktikan bahwa pengelolaan yang ramah lingkungan lebih menguntungkan masyarakat Seberuang. Tentunya hasil kajian valuasi ekonomi ini akan memperkuat soal perlindungan Masyarakat Adat yang telah diakui melalui Perda Kabupaten Sintang No. 12/2015.
Hadir dalam seminar ini Ketua BPH AMAN Sintang Antonius Antong, yang menyambut gembira hasil valuasi ekonomi wilayah adat Seberuang yang ternyata sangat besar.
“Saya sangat senang sekali dengan dilakukan kajian ini, karena ternyata saya sendiri orang Seberuang, dan saya baru tahu bahwa pendapatan masyarakat Seberuang ternyata lebih tinggi dari pada pendapatan rata-rata masyarakat Kabupaten Sintang, Nah itu baru kami sadari, kalau tidak dilakukan kajian seperti ini, saya pikir kami tidak akan pernah tahu,” kata Antong.
Meski hasil ini disambut gembira Masyarakat Adat Seberuang, namun Antong mendapatkan faktanya di lapangan, ada kekhawatiran dari pihak masyarakat, jika hasil ini dipublikasikan secara luas, wilayah mereka tidak lagi mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Sintang karena dianggap sudah mampu mengurus wilayahnya sendiri. Padahal valuasi ekonomi ini baru tahap awal, yang belum bisa langsung diraih nominalnya ekonominya.
Untuk itu, sebagai upaya antisipasi meredam kekhawatiran masyarakat Seberuang, Antong akan melakukan sosialisasi secara rutin kepada masyarakat dan mengajak pihak Pemerintah Daerah Sintang untuk turun ke lapangan melihat kondisi masyarakat Seberuang secara langsung.
Antong juga menyadari AMAN Kabupaten Sintang harus lebih berbenah, karena terbatas sumber saya manusianya, sehingga perlu untuk bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk membantu gerakan valuasi ekonomi di Kabupaten Sintang.
Masyarakat Adat Seberuang, adalah salah satu dari enam wilayah Masyarakat Adat yang dikaji oleh AMAN bekerjasama dengan para peneliti dari Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, dan Institut Pertanian Bogor yaitu, Komunitas Masyarakat Adat Karang Kabupaten Lebak-Banten, Komunitas Masyarakat Adat Kajang Kabupaten Bulukumba-Sulawesi Selatan, Komunitas Masyarakat Adat Kaluppini Kabupaten Enrekang-Sulawesi Selatan, Komunitas Masyarakat Adat Seberuang Kabupaten Sintang-Kalimantan Barat, Komunitas Masyarakat Adat Saureinu Kabupaten Kepulauan Mentawai-Sumatera Barat, Komunitas Masyarakat Adat Moi Kelim Kampung Malaumkarta Distrik Makbon Kabupaten Sorong-Papua Barat.
Eka Hindrati-Infokom PB AMAN
Foto: Hipolitus Januar Pogo-Biro Infokom PD AMAN Sintang