Banyuwangi, www.aman.or.id-Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara yang ke-20, PD AMAN Osing Banyuwangi menggelar diskusi dengan sejumlah anggota komunitas adat dan pemerhati budaya Banyuwangi pada hari Minggu (17/3) di Desa Adat Kemiren, Banyuwangi.
Diskusi tersebut mengangkat isu yang beberapa tahun terakhir menjadi salah satu masalah Masyarakat Adat Osing, salah satunya yakni peran Masyarakat Adat ditengah pesatnya perkembangnya pariwisata di Banyuwangi.
Agus Hermawan, Ketua BPH PD AMAN Osing mengatakan, keberadaan program pemerintah daerah setempat yang sudah berjalan tujuh tahun terakhir, mengemas kegiatan ritual adat dengan sebuah festival ternyata mendulang persoalan. Ia berpendapat, ada beberapa tuntutan dari pemerintah untuk Masyarakat Adat ketika menggelar ritual yang telah dibalut dengan konsep festival, yakni mendatangkan wisatawan.
Lebih lanjut Agus menjelaskan, ketika Masyarakat Adat disibukkan memikirkan kedatangan wisatawan pada saat melaksanakan ritual, akan dapat mengurangi kekhusukannya. Selain itu, kesakralan menjadi luntur, pada waktu acara atau ornamen tambahan ditengah rangkaian ritual, seperti penyambutan forum pimpinan daerah, ditengah berlangsungnya ritual adat Kebo-keboan dan banyaknya umbul-umbul festival di area inti pelaksanaan ritual adat Seblang.
Sehingga ia menyarankan, supaya tidak mengganggu kegiatan adat, berbagai variasi untuk mendatangkan wisatawan ataupun mengembangkan sektor wisata yang lain dapat dilaksanakan diluar area dan rangkaian ritual adatnya.
Meski demikian, Agus juga tidak menampik ada banyak segi positif yang bisa diambil dari program pemerintah daerah setempat yang disebut Banyuwangi Indonesia Festival, selain dapat meningkatkan ekonomi Masyarakat Adat, juga semakin meningkatkan rasa percaya diri untuk lebih kreatif.
“Sebenarnya program Pemerintah Daerah sudah positif, sepeti mengalokasikan anggaran untuk ritual adat dan meningkatkan ekonomi dengan program festivalnya, namun mengintervensi acara ritual itu yang seharusnya tidak boleh terjadi,” ujar Agus.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dewan AMAN Daerah Osing, Adi Purwadi, nilai-nilai luhur yang diturunkan oleh para pendahulu mulai berkurang seiring pesatnya pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, sebagai contoh beberapa Masyarakat Adat yang sudah mulai berpikir materialisme dalam mempertahankan nilai-nilai adat.
“Mudahnya mengambil keputusan untuk menjual tanahnya ke pihak lain, kalau tidak ada uang Masyarakat Adat ogah-ogahan melaksanakan kegiatan adat, ini contoh lunturnya nilai yang diturunkan leluhur,” kata Adi.
Purwadi berharap pelaku adat tidak terbuai dengan semaraknya festival, sebab menurutnya, keberhasilan ritual bukan diukur dari banyaknya wisatawan yang datang, namun bagaimana kegiatan tersebut bisa berjalan lancar dan seberapa besar rasa memiliki nilai luhur disetiap pelaku adat.
Akbar Wiyana-Infokom PD Osing Banyuwangi