“Ruai TV adalah lembaga penyiaran local yang terbukti secara kongkret memberikan dukungan pada isu-isu masyarakat adat,” ujar Glorio Sanen, salah satu aktivis masyarakat adat dari Kalimantan Barat (Kalbar) kepada redaksi AMAN melalui wawancara via telepon siang ini (14/7), “Mereka seringkali meliput persoalan-persoalan di masyarakat akar rumput, termasuk di wilayah masyarakat adat.”
Aktivis masyarakat adat, lanjut Glorio Sanen, juga sering diundang menjadi narasumber di acara-acara talkshow dan peliputan berita dari RuaiTV. “Dari situ kemudian muncul prespektif dari masyarakat adat dalam berbagai persoalan yang mengemuka,” ujarnya, “Sebagai contoh dalam persoalan kebakaran lahan.”
Dalam persoalan kebakaran lahan, menurut Glorio, masyarakat adat sering dijadikan kambing hitam karena kegiatan ladang berpindahnya. “Namun dengan pemberitaan RuaiTV, terungkap bahwa ada semacam kearifan local dari masyarakat adat terkait ladang berpindah itu sehingga tidak menimbulkan kebakaran lahan.”
Dibandingkan dengan televisi-televisi local dan nasional lainnya yang ada di Kalimantan Barat, RuaiTV lebih memiliki ‘keberpihakan’ terhadap persoalan-persoalan masyarakat adat. “Televisi-televisi lainnya lebih sering memberitakan mengenai politik elite dan jarang memberitakan persoalan masyarakat akar rumput, termasuk masyarakat adat,” jelas Glorio, “Beberapa persoalan yang menyangkut persoalan komunitas masyarakat adat menjadi lebih cepat diselesaikan setalah informasi mengenai persoalan itu dipublikasikan RuaiTV, salah satu contohnya mengenai persoalan jalan rusak.”
Sebelum ada RuaiTV, lanjut Gloria, persoalan jalan rusak di komunitas lama sekali diperbaiki. “Namun, setelah itu mendapat pemberitaan dari RuaiTV, menjadi cepat diatasi,”tegas Gloria, “Hal itu dikarenakan RuaiTV juga ditonton oleh pejabat-pejabat daerah local.”
Hal lain yang menarik dari RuaiTV, menurut Glorio Sanen, adalah upaya lembaga penyiaran ini untuk memberikan ruang khusus bagi masyarakat adat melalui jurnalisme warga. “RuaiTV memfasilitasi pelatihan-pelatihan jurnalisme warga bagi komunitas masyarakat adat di Kalimantan Barat,” katanya, “Hasil dari jurnalisme warga masyarakat adat itu kemudian dipublikasikan melalui RuaiTV, sehingga dengan demikian masyarakat adat dapat memberitakan persoalan yang ada di kampungnya sendiri dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip jurnalistik pada umumnya.”
Glorio Sanen, sebagai salah satu aktivis Masyarakat Adat di Kalimantan Barat, berharap muncul Ruai-Ruai TV di daerah lainnya di nusantara. “Hal itu disebabkan karena perjuangan masyarakat adat tidak hanya di Kalimantan Barat, namun juga di seluruh nusantara,” jelasnya, “Selain itu, kami berharap RuaiTV dapat menjaga konsistensinya untuk tetap memberitakan persoalan masyarakat adat.”