JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Perempuan adat dalam media massa belum direpresentasikan secara proporsional. Perempuan sebagai pemimpin di kampung tidak terekspos perannya. Representasi seluruh perempuan adat nusantara di media massa tidak keluar. Porsi kecil pemberitaan perempuan adat terbatas pada perempuan adat berprestasi yang berakibat pemberitaan tidak mendalam sesuai situasi nyata dan peran penting perempuan adat sebagai bagian dari masyarakat adat. Demikian menurut Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dalam seminar dengan tema “Representasi Perempuan Adat di Media Massa Indonesia” di Hotel Gren Alia Cikini Jakarta pada hari Selasa (2/7).
Perempuan adat memiliki kapasitas dan akses yang terbatas untuk mampu mempengaruhi pandangan media tentang mereka. Diperlukan upaya khusus meningkatkan kemampuan dan membuka akses perempuan adat terhadap media umum. Hal ini untuk memastikan perempuan adat mampu membuat berita sesuai aspirasi mereka dan di sisi lain mampu mempengaruhi perspektif media dan pekerja media secara luas.
Sebagai bagian dari masyarakat adat, perempuan adat ditampilkan media dan pekerja media sebagai bagian dari masyarakat adat dengan obyek pemberitaan berkonotasi buruk. Masyarakat adat boleh diolok-olok dan budaya adat dijadikan bahan tertawaan, lucu-lucuan, dan berkonotasi buruk seperti dalam acara televisi Primitive Runaway yang sempat disomasi ke Dewan Pers sehingga berganti judul menjadi Ethnic Runaway.
“Masyarakat adat selalu diidentikkan dengan orang terbelakang, tinggal di pedalaman, dan belum mengenal baca tulis.” Kata Arifin Monang Saleh, Deputi I AMAN.
Di antara liputan yang minim ada banyak pemberitaan yang tidak sesuai aspirasi masyarakat adat dan bahkan cenderung meletakkan masyarakat adat sebagai obyek pemberitaan dan keterbelakangan akibat lemahnya perspektif dan pengetahuan media dan pekerja media.
Hadir sebagai nara sumber dalam seminar ini Staf Khusus Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi, Dewan AMAN Nasional Regio Sulawesi dan Perempuan Adat Sulawesi Tengah Ngatatoro Rukmini Paata Toheke, dan Meggi Margiono dari Media Indonesia.
Sumber: http://m.satuharapan.com/index.php?id=148&tx_ttnews[tt_news]=2314