Nicholas Saputra: Kita Harus Belajar Cara Menjaga Alam Pada Masyarakat Adat.

Nicholas Saputra: Kita Harus Belajar Cara Menjaga Alam Pada Masyarakat Adat.

Supriyadi Sudirman
Infokom AMAN Maluku Utara

 

“Kita seharusnya belajar lebih banyak dari Masyarakat Adat soal bagaimana menjaga alam, lingkungan, sosial dan cara menjaga warisan budaya turun temurun,” kata aktor film Nicholas Saputra,

Hal ini disampaikan Nico, sapaan akrabnya saat hadir menjadi salah satu pembicara di diskusi #MenjagaIndonesia yang diselenggarakan oleh IDN Times. Dalam diskusi tersebut, hadir juga Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewi Kanti, Ketua Dewan Adat Dayak Penajam Paser Utara, Helena Samuel Legi, dan juga Sekretaris Jendral (Sekjend AMAN) Rukka Sombolinggi.

“Menurut pengalaman dan apa yang saya rasakan, kita semua tidak hanya harus mengakui dan menghormati hak-hak Masyarakat Adat. Lebih jauh, sebagai ucapan terima kasih atas semua sumbangsih Masyarakat Adat dalam menjaga alam Indonesia, kita harus dengan rendah hati meniru teladan mereka,” lanjut Nico.

Menurut produser film dokumenter “Semesta” ini, terkait dengan konteks perayaan kemerdekaan, Masyarakat Adat juga perlu mendapatkan kemerdekaannya secara utuh dalam bentuk pengakuan terhadap kedaulatannya.

“Semua golongan berhak mendapatkan kemerdekaan dan kedaulatannya secara utuh. Itu makna merdeka buat saya. Sehingga, tidak salah jika kita juga memberikan hak yang sama kepada Masyarakat Adat untuk menikmati secara utuh kemerdekaan tersebut dengan mengakui kedaulatannya,” kata Nico.

Pemeran Rangga dalam film “Ada Apa Dengan Cinta” dan “Ada Apa Dengan Cinta 2” ini mengatakan bahwa pemenuhan kemerdekaan tersebut terkait erat saat semua orang berbicara tentang pariwisata.

“Saat kita bicara pariwisata, mau tidak mau kita akan bicara soal culture atau budaya. Foto-foto pemandangan saja tentu tidak akan cukup memberikan kesan saat kita berkunjung ke suatu tempat. Esensi dari turisme sebenarnya terjadi saat ada interaksi antara pengunjung dengan Masyarakat Adat yang menjadi destinasi wisata tersebut. Nah, interaksi yang baik tersebut hanya akan mungkin kalau Masyarakat Adat itu merdeka,” jelas Nico.

Menurut aktor berusia 36 tahun tersebut, pariwisata yang mendidik hanya dimungkinkan jika terjadi pertukaran informasi antara pengunjung dengan Masyarakat Adat. Pertukaran informasi ini menjadi alas untuk ruang belajar bagi para wisatawan tentang kearifan Masyarakat Adat dalam menjaga alam dan wilayah adatnya sehingga tetap lestari sebagai tujuan wisata.

“Penting sekali kita bertukar informasi dengan Masyarakat Adat. Supaya kita dapat belajar dan memetik inspirasi bagaimana Masyarakat Adat dengan kearifannya menjaga alam. Jadi ada proses pendidikan di situ. Ada koneksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Tidak hanya sekedar kunjungan biasa yang tidak akan punya makna,” tutur Nico.

Pemenang Pemeran Utama Pria Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) di tahun 2005 lewat film biopik “Gie” ini mengatakan bahwa selama ini Masyarakat Adat merupakan inspirasi nyata bagaimana menjaga dan merawat kekayaan Indonesia.

“Masyarakat Adat itu inspirasi nyata bagaimana menjaga dan merawat kekayaan bangsa Indonesia. Mereka adalah garda terdepan yang melestarikan keragaman budaya dan keindahan alam Indonesia. Jadi pola pikir yang menganggap bahwa Masyarakat Adat perlu belajar dari kita di kota, mesti dibalik. Kita yang seharusnya belajar dari Masyarakat Adat. Kita berhutang kepada Masyarakat Adat, dan cara membayar hutang tersebut adalah dengan menghargai hak-hak Masyarakat Adat,” ungkap Nico.

Pendapat tersebut dikuatkan oleh Sekjend AMAN, Rukka Sombolinggi yang mengatakan bahwa figur publik seperti Nicholas Saputra harus lebih getol lagi menyuarakan isu-isu Masyarakat Adat. Sebagai kelompok penerima manfaat, ikut menyebarkan kesadaran tentang pentingnya penghargaan terhadap hak-hak Masyarakat Adat dan mendukung upaya pengesahan Rancangan Undang-undang (RUU) Masyarakat Adat, adalah bentuk nyata dari kepedulian tersebut.

“Figur publik seperti Nico harus menjadi corong untuk menyuarakan lebih getol lagi soal pentingnya pemenuhan dan pengakuan hak-hak Masyarakat Adat. Terutama soal pentingnya untuk segera mengesahkan RUU Masyarakat Adat. Apalagi sekarang kondisnya, Pemerintah justru ingin mengesahkan RUU Omnibus Law yang akan memparah perampasan wilayah-wilayah adat,” dukung Rukka.

Rukka mengatakan bahwa suara dari tokoh-tokoh publik seperti Nicholas Saputra menjadi krusial di saat-saat seperti sekarang ini. Figur publik mau tidak mau, memiliki kewajiban untuk melakukan edukasi kepada para penggemarnya soal peran penting Masyarakat Adat dalam menjaga wilayah adat-nya serta keuntungan yang diterima oleh masyarakat luas dari inisiatif-inisiatif tersebut.

“Ada tanggung jawab moral sebagai tokoh publik. Nico mau tidak mau harus mendidik para penggemarnya soal bagaimana peran penting Masyarakat Adat. Bahwa yang dilakukan oleh Masyarakat Adat selama ini, keuntungannya itu kita nikmati bersama,” tutup Rukka.

Tinggalkan Balasan