Simon Welan
Infokom AMAN Nusa Bunga
Komunitas Adat Nua Ja yang berada di Desa Nua Ja, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) dinobatkan menjadi komunitas percontohan dalam pencegahan dan penanganan COVID-19 bagi komunitas adat lainnya di Kabupaten Ende. Keputusan ini diambil setelah kunjungan dua hari yang dilakukan ke setiap komunitas untuk membagikan bantuan masker dan melakukan edukasi kepada Masyarakat Adat, Gugus Tugas AMANkan COVID-19 NTT menemukan bahwa Komunitas Adat Nua Ja benar-benar melakukan pencegahan dan penanganan COVID-19 sesuai dengan prosedur tetap (protap) kesehatan World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan anjuran Pemerintah Republik Indonesia.
Hal ini dapat terlihat ketika tiba di pintu gerbang masuk menuju Desa Nua Ja. Semua kendaraan yang melewati jalur jalan ini dipalang dan diperiksa KTP-nya lalu mendaftarkan diri. Mereka ditanyai mengenai tempat tujuan akhir lalu diberikan penjelasan yang edukatif terkait COVID-19. Seluruh pengunjung diwajibkan mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik dan cairan pembersih tangan (handsanitizer). Semua kendaraan baik mobil maupun motor disemprot menggunakan disinfektan dan wajib menggunakan masker. Apabila tidak menggunakan masker maka tidak diijinkan untuk masuk ke desa tersebut.
Ditemui di pintu masuk perbatasan Desa Nua Ja dengan Desa Mbotutenda yang menjadi Posko Pencegahan dan Penanganan COVID-19 Desa Nua Ja hari ini Juma’t (01/05/20), Elisabeth Boa, Koordinator Gugus Tugas AMANkanCOVID-19 Komunitas Adat Nua Ja mengatakan protap yang mereka gunakan sesuai dengan anjuran dan himbauan pemerintah dalam perang melawan COVID-19 berdasarkan protrokoler kesehatan yang ada.
Elisabeth melanjutkan tindakan pencegahan yang dilakukan Masyarakat Adat Komunitas Nua Ja menunjukan sikap tegas Masyarakat Adat dalam memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19 agar tidak masuk ke kampung halamannya.
“Kami telah melakukan musyawarah bersama dengan pihak pemerintah desa, tokoh adat dan tokoh agama untuk secara bersama-sama memerangi penyebaran COVID-19 agar tidak masuk ke kampung kami. Kami sepakat memutuskan mata rantai penyebaran wabah virus ini dengan menerapkan protap kesehatan yang ada sesuai anjuran pemerintah,” kata Elisabeth Boa.
Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) AMAN Nusa Bunga, Philipus Kami yang memimpin kunjungan Tim Gugus Tugas AMANkanCOVID19 NTT di Komunitas Adat Nua Ja menuturkan komunitas ini patut dijadikan sebagai komunitas contoh bagi komunitas adat lainnya karena menggunakan protap kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
“Kita berikan apresiasi yang luar biasa kepada Masyarakat Adat yang ada disini karena dengan kesadaran yang tinggi mereka menerapkan protap kesehatan yang ada untuk membentengi komunitas adatnya dari bahaya penyebaran COVID-19,” tutur Philipus Kami.
Philipus Kami menambahkan selama dua hari mengunjungi komunitas adat demi komunitas adat dalam perhelatan memberikan edukasi dan pembagian masker dirinya bersama Tim Gugus Tugas AMANkanCOVID19 NTT baru menemukan komunitas adat yang betul-betul memproteksi kampung halamannya dari penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Menurut Philipus, kalau setiap komunitas adat melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Komunitas Adat Nua Ja dengan menggunakan prosedur protokoler kesehatan yang ada. Jika hal tersebut dilakukan, maka pihaknya menjamin tidak akan ada penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Sementara itu Kepala Desa Nua Ja, Verigius Da saat ditemui di Kantor Desa Nua Ja menuturkan Tim Gugus Tugas AMANkanCOVID19 di desanya sudah dibentuk sejak tiga minggu yang lalu. Gugus Tugas ini juga telah melakukan berbagai aktivitas untuk pencegahan terhadap COVID-19. Misalnya dengan melakukan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah warga. Saat ini telah mulai diberlakukannya penjagaan dan pengawasan yang ketat terhadap pendatang dari luar yang hendak masuk ke desa maupun pengendara yang hendak melewati jalur jalan menuju Wologai, Boafeo, Bakaondo maupun ke Maukaro sekalipun.
“Kita perketat penjagaan di pintu masuk untuk mencegah masuknya orang luar yang datang ke kampung ini karena kita tidak tahu riwayat perjalanannya. Sesuai kesepakatan bersama kita juga buat larangan bagi pengguna jalan yang melintasi kampung kami agar selalu menggunakan masker dan apabila tidak mengenakan masker maka kita tidak izinkan untuk masuk ke kampung kami. Dan ini sudah baku jadi protap di desa ini,” tutur Kades Verigius.
Saat ditanya pelaku perjalanan yang datang dari luar, Kades Veri mengungkapkan hingga saat ini nihil karena pihaknya benar-benar melarang warganya baik yang ada di dalam kampung untuk tidak pergi keluar daerah maupun warganya yang saat ini berada di luar kampung untuk pulang ke kampungnya.
“Pemerintah desa benar-benar tidak mengizinkan siapa pun orangnya untuk pergi keluar daerah atau yang merantau di luar daerah untuk pulang kampung saat ini karena kita tidak mau ambil resiko,” tegasnya menutup.