Lambannya pemerintah dalam mengatasi berbagai problem terkait pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) tidak membuat gerakan sosial patah arang. Berbagai praktek inisiatif mandiri yang dilandasi pada prinsip gotong royong, justru menemukan momentumnya. Salah satunya adalah aksi penyaluran bahan makanan yang dilakukan oleh Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) yang dialamatkan ke sekretariat berbagai organisasi gerakan sosial yang sekaligus menjadi tempat tinggal staff yang berasal dari luar Jakarta.
Salah satunya adalah Rumah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Rumah AMAN) yang berada di Tebet, Jakarta Selatan. Dukungan logistik tersebut antara lain berupa beras pandan wangi (10 kilogram), beras ramos (5 kilogram), beras ketan hitam (1 kilogram), kentang (7 kilogram), pisang (3 sisir), singkong (10 kilogram), pepaya (5 buah), labu kuning, dan jahe-kunyit-serai (1,5 kilogram). Bantuin ini tiba di Rumah AMAN Tebet pada Sabtu sore, 11 April 2o2o.
Jeki Angkat, salah satu staf AMAN yang berasal dari Tano Pakpak, Sumatra Utara, merasakan bahwa bantuan ini datang di saat yang tepat. “Pas sekali waktunya. Saya dan beberapa kawan sudah dua minggu lebih harus mengurung diri di Rumah AMAN sejak kebijakan Bekerja Dari Rumah diberlakukan untuk cegah penyebaran COVID-19. Stok logistik ini sangat membantu kami yang berasal dari daerah untuk bertahan hidup di Jakarta,” kata Jeki.
Penyaluran bahan pangan oleh KPA ini merupakan perluasan dari makna solidaritas dari kampung dan para petani yang tergabung dalam Desa Maju Reforma Agraria (DAMARA). Bantuan pangan ini ditujukan kepada para pekerja sosial dan aktivis gerakan sosial dari luar daerah yang terpaksa harus bekerja dari rumah. Aksi merupakan bagian dari kampanye Gerakan Solidaritas Lumbung Agraria (GeSLA), yang sudah dimulai sejak akhir Maret 2020. Tujuannya adalah sebagai upaya menguatkan solidaritas melalui aksi langsung yang menghubungkan petani di desa dengan berbagai elemen gerakan sosial di perkotaan.
“Aksi solidaritas ini salah satunya dengan mendukung ketersediaan stok pangan komunitas rentan di perkotaan menghadapi dampak pandemi,” kata Sekretaris Jenderal KPA Dewi Kartika, seperti diberitakan oleh Tempo.
Menurut KPA, ancaman krisis pangan sudah mulai terlihat di tengah mewabahnya pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung hingga hari ini. Krisis pangan ini terutama menyasar daerah perkotaan yang jauh dari sumber pangan. Buruh, tenaga kerja informal, dan pekerja harian menjadi kelompok rentan yang paling terdampak. Krisis akibat wabah COVID-19 juga dirasakan petani dan nelayan di sejumlah daerah. Harga komoditas pangan anjlok dan para petani merugi. Nelayan pun terkena dampak akibat tak terserapnya hasil tangkapan mereka, misalnya rajungan untuk pasar ekspor.
“Dampaknya, harga anjlok dan hasil tangkapan mereka berpotensi membusuk di gudang-gudang penyimpanan,” kata Dewi.
Untuk itu, melalui Lumbung Agraria yang merupakan koperasi di bawah naungan KPA, menjadi ujung tombak untuk menjalankan Gerakan Solidaritas Lumbung Agraria melalui empat skema. Pertama, adalah membuka donasi pangan secara langsung dari para petani. Misalnya adalah aksi donasi pangan dari berbagai desa DAMARA dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Kedua, adalah mengedepankan produk pangan yang sehat dan ekonomis. Artinya, produk pangan harus terjangkau oleh konsumen prioritas seperti buruh dan pekerja informal, dengan tetap berlandaskan pada prinsip keberlanjutan lingkungan. Ketiga, adalah dengan menggalang donasi publik dengan tidak membatasi bentuk sumbangan berupa uang, tapi juga peralatan kesehatan (APD, cairan pembersih tangan, dan masker).
Skema yang keempat, adalah dengan melakukan pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19. Cara yang ditempuh berupa panduan untuk melakukan mitigasi terhadap resiko kesehatan, juga dengan melakukan jaga kampung.
“Inisiatif ini menjadi modal sosial yang penting di masa krisis. Sekaligus memberikan jawaban bahwa petani dengan pangan lokalnya menjadi garda terdepan menjawab krisis pangan,” jelas Dewi.
Beberapa organisasi yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Lumbung ini di antaranya adalah Serikat Petani Pasundan di empat kabupaten, Serikat Petani Badega, Serikat Tani Indramayu, Serikat Petani Majalengka, Persatuan Petani Banten, Serikat Nelayan Indonesia, dan Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia.