Hulu Sungai Tengah — Para tetua Adat Dayak Meratus melaksanakan ritual Tolak Bala dalam mencegah berbagai penyakit dan maraknya pandemik penyebaran COVID-19 yang sedang dihadapi dunia. Masyarakat Adat Dayak Meratus, di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan cepat tanggap dalam menghadapi berita ini, sehingga wilayah-wilayah perkampungan di sepakati untuk ditutup sementara dari kunjungan atau kegiatan dari pihak luar.
Rubi, Ketua Badah Pengurus Harian (BPH) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Hulu Sungai Tengah, telah memberikan himbauan kepada komunitas-komunitas adat di kampung-kampung dan umum, baik secara langsung maupun edaran di media sosial, agar aktivitas di kampung dapat dibatasi untuk sementara dan dalam waktu yang tidak ditentukan. Bersama para tetua dan kepengurusan AMAN lainnya turut menyosialisasikan kebijakan tersebut.
“Tabi-tabi Maih Sidi Sagalaan. Salam Masyarakat Adat. Sehubungan dengan situasi dan kondisi terkait peningkatan status penyebaran COVID-19 sebagai pandemik di dunia oleh WHO dan edaran dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), maka dengan ini Ketua BPH AMAN Hulu Sungai Tengah dan Para Tetua Adat Dayak Meratus di Hulu Sungai Tengah menghimbau agar semua kegiatan yang melibatkan atau mengumpulkan orang banyak dari dalam maupun luar Kabupaten Hulu Sungai Tengah menuju Meratus baik wisatawan maupun lainnya, terutama jalur Gunung Halau-halau (Bantai) untuk sementara ditutup, kecuali untuk Tim Kesehatan yang melakukan aktivitas Puskesmas Keliling (Pusling),” demikian kutipan dari edaran tersebut.
Himbauan tersebut seiring dengan Surat Instruksi Sekretaris Jendral (Sekjend) AMAN, Rukka Sombolinggi yang menyerukan penutupan sementara aktivitas dan pelayanan di Rumah AMAN Wilayah dan Daerah.
“Merespon Surat Instruksi Sekjend AMAN, untuk sementara aktivitas di Rumah AMAN Hulu Sungai Tengah dan pelayanan di Toko Kita, yang adalah Badan Usaha Koperasi Produsen AMAN Mandiri Cabang Daerah Hulu Sungai Tengah, saat ini ditutup. Namun pelayanan jual beli secara daring (online) Toko Kita masih dilakukan,” jelas Rubi.
Selain penutupan sementara Rumah AMAN dan Toko Kita, beberapa pendaki yang ingin melakukan kegiatan kunjungan ke desa Juhu juga ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan. Hal ini adalah langkah utama yang harus dilakukan Masyarakat Adat Meratus, karena tidak menutup kemungkinan penyebaran COVID-19 tersebut dibawa oleh orang luar ke dalam kampung.
Masyarakat Adat Meratus di Hulu Sungai Tengah khawatir terancamnya kehidupan warga komunitas adat dengan penyebaran virus COVID-19. Selain infrastruktur yang sulit, akses kesehatan untuk Masyarakat Adat Meratus di Hulu Sungai Tengah juga masih belum memadai untuk menghadapi serangan penyakit seperti ini.
Selain dari membatasi jalur keluar masuk kampung, Masyarakat Adat Meratus juga mulai menyiapkan kebutuhan sehari-hari untuk menghadapi periode sulit di masa mendatang. Kebutuhan tersebut berupa ketersediaan pangan dan obat-obatan tradisional di setiap kampung-kampung. Selain tentunya adalah pelaksanaan berbagai ritual untuk penolak bala dan memohon keselamatan dari para leluhur, dan Yang Maha Kuasa.
Menurut sumber resmi pemerintah, hingga berita ini ditulis virus COVID-19 sendiri telah menyebar hingga ke Kalimantan Selatan. Sejauh ini, sudah ada lima kasus terkonfirmasi positif terinfeksi virus COVID-19.