Gempa Maluku, Masyarakat Adat Mengungsi ke Hutan

Gempa Maluku, Masyarakat Adat Mengungsi ke Hutan

Jakarta, www.aman.or.id - Sebanyak 1.600 warga komunitas adat Tiga Batang Aer, Desa Honitetu, Kabupaten Seram Bagian Barat hingga Sabtu (28/9/2019) masih terus bertahan di perbukitan desa mereka pasca gempa bermagnitudo 6,8 skala richter mengguncang wilayah tersebut.

“Gempa susulan terus terjadi, kami semua tidak berani pulang ke rumah. Cari tempat tinggi supaya aman,” ungkap Tony, warga komunitas adat Tiga Batang Aer. Gelombang pengungsian masih terus berlangsung. Banyak pengungsi yang kini mulai terserang penyakit, namun sayangnya belum ada bantuan obat-obatan dan tenaga medis untuk penanganan di wilayah tersebut.

Banyak pengungsi yang sakit umumnya karena kekurangan darah, sakit kepala dan demam. Belum lagi akibat gempa yang terus terjadi, membuat banyak akses pertokoan yang menjual sembako dan obat-obatan tutup.

Para pengungsi pasca gempa menggoncang Maluku / Dok: AMAN

“Kami kekurangan air bersih, kami juga butuh tenda, tenaga medis dan fasilitas MCK. Sementara keadaan sekarang hujan terus, membuat kondisi hutan basah dan menyulitkan kami,” tambah Tony.

Setelah gempa besar terjadi, hampir 475 kali gempa bumi susulan melanda. Ada ratusan titik lokasi pengungsian di Kabupaten Seram Bagian Barat dan tersebar disetiap desa. Melonjaknya jumlah pengungsi tidak diiringi dengan bantuan fasilitas yang memadai.

Menurut Ketua BPH AMAN Maluku Leny Patty, di Pulau Haruku ada empat komunitas adat yang terdampak gempa. Di antaranya adalah komunitas adat Haruku, Samet, Rohomoni dan Kabao. Mereka mengungsi untuk mengamankan diri ke atas bukit. Pulau Haruku adalah kawasan pulau-pulau kecil di sekitar kepulauan Maluku. Karena pulau kecil, mereka terdampak cukup parah. Sebagian besar rumah rusak, fasilitas listrik dan internet pun terputus. Saat ini, mereka masih mengungsi untuk mengamankan diri ke atas bukit.

“Mereka kesulitan bahan makanan dan terpal,” ungkap Leny.

Leny pun menambahkan bahwa selain Pulau Haruku, Pulau Nusalaut juga mengalami hal yang sama. Ada dua komunitas adat yang terdampak gempa cukup parah yakni komunitas adat Akoon dan Ameth. Hingga Sabtu sore gempa masih terus terjadi, namun bantuan tak kunjung tiba.

Tenda-tenda darurat / Dok: AMAN

Yayan Hidayat

Tinggalkan Balasan