Tarian dan Musik Menghiasi Panggung Seni dan Budaya Peringatan 20 Tahun AMAN

Tarian dan Musik Menghiasi Panggung Seni dan Budaya Peringatan 20 Tahun AMAN

Jakarta (10/8/2019), www.aman.or.id - Tarian dan musik yang diwariskan oleh leluhur masyarakat adat turut menghiasi panggung seni dan budaya Peringatan 20 Tahun AMAN dan Perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS), di Taman Ismail Marzuki, 9 Agustus 2019. Tarian dan musik merupakan bagian dari identitas masyarakat adat yang memiliki makna dan terus dilestarikan. Identitas ini telah melekat dalam setiap individu masyarakat adat yang ada di Nusantara.

Para pengisi acara yang terlibat dalam panggung seni dan budaya ini adalah masyarakat adat yang datang dari daerah, seperti masyarakat adat dari Kalimantan, masyarakat adat dari Tano Batak, masyarakat adat dari Jawa Timur, masyarakat adat dari Sulawesi, dan para peserta lainnya.

Sejumlah masyarakat dari berbagai kalangan hadir menyaksikan kegiatan ini. Para penonton sangat antusias dan menikmati acara. “Panggung ini sangat bermanfaat bagi kami, selain memberi hiburan, juga memberi pelajaran tentang kekayaan budaya masyarakat adat,” kata seorang pengunjung.

Pembukaan acara panggung seni dan budaya diawali dengan tarian ritual Hudoq dari komunitas adat Dayak Bahau Busang, Kalimantan Timur. Ritual Hudoq merupakan ritual adat yang dilakukan setelah selesai menugal padi di ladang. Ketika padi sudah setinggi kayu yang rebah saat proses pembukaan ladang, maka itu adalah saat yang tepat untuk melaksanakan ritual adat. Ritual ini bertujuan meminta berkah kepada Tuhan agar hasil panen melimpah dan dijauhkan dari berbagai macam kesialan mulai dari hama penyakit hingga kesialan yang ada di kampung.

Tarian lain yang dipersembahkan adalah Sarngenge Ring dari Banyuwangi, Jawa Timur. Tarian ini dibawakan oleh anak-anak sekolah adat Kampoeng Batara Osing. Tarian Sarngenge Ring adalah tarian kreasi dari beberapa seni tradisi yang dipadukan dengan ritual Masyarakat Adat Osing, Banyuwangi, Jawa Timur. Tarian ini mengkombinasikan antara adat tradisi yang ada dibeberapa Kecamatan Banyuwangi, seperti Kebo-keboan Alasmalang dan Kebo-keboan Aliyan dari Kecamatan Singonjuruh Tari Sablang dari Desa Olehsari, Kecamatan Glagah.

Persembahan masyarakat adat dari Tano Batak dibawakan oleh sekolah adat inang na uli basa yakni tor-tor Si Boru Malim. Tor-tor ini merupakan penyucian para penari khususnya  yang akan membawakan tor-tor cawan pangurason (penyucian) agar para panguras (penari yang melakukan penyucian) terlebih dahulu disucikan untuk membawakan tor-tor ini. Tor-tor Si Boru Malim dahulu kala dibawakan oleh Namboru Si Boru Malim. Namboru Si Boru Malim ini bernama Sorta Malim yang konon seia sekata dengan Raja Malim. Tor-tor ini merupakan tarian khas masyarakat adat Batak.

Musik Sape dibawakan oleh Feri Sape. Saat pertunjukan musik, Feri juga mengundang Anjelo dan Epra dari Sekolah Adat Samabue, Kalimantan Barat. Feri membawakan beberapa lagu dengan menggunakan alat musik Sape.

Selain musik dan tari yang dijelaskan, ada juga gendang yang dibawakan oleh Jalu dari Jakarta, Tari Ma’dondo’ dari Toraja, Tari dan Musik dibawakan oleh Suming dari Taiwan, Tari oleh Jocelyn dari Taiwan, Tarian Riringgo dari Tanah Luwu, Tarian Mongkaliboe dari Sulawesi Selatan, dan Tarian Tide-tide.

Malam panggung seni dan budaya dalam peringatan 20 tahun AMAN dan perayaan HIMAS ini sangat baik untuk mengenal kembali kekayaan budaya dan identitas yang dimiliki oleh masyarakat adat di Nusantara.

Lasron P. Sinurat

Tinggalkan Balasan