Jakarta (9/7/2019), www.aman.or.id - Tantangan besar dalam hidup seseorang yang mendapatkan pendidikan formal dari negara adalah bagaimana menjaga komitmen tinggal di kampung untuk memperjuangkan dan mempertahankan wilayah adat sebagai warisan leluhur Masyarakat Adat dan tetap berpihak terhadap masyarakat tertindas.
Perjuangan untuk mempertahankan budaya dan adat istiadat di kampung adalah tugas yang sangat berat bagi para pemuda masa kini. Rubi, seorang intelektual muda, mempunyai semangat yang besar untuk memperjuangkan identitas budaya leluhurnya. “Kita bersemangat untuk berjuang, karena tidak ingin adat istiadat, budaya dan kearifan lokal kita hilang,” katanya.
Bagi Rubi, budaya sebagai warisan leluhur Masyarakat Adat harus dipertahankan dan dilindungi. Rubi telah banyak menghabiskan waktunya untuk membangun komunitas-komunitas Masyarakat Adat di Kalimantan Selatan. Rubi menjadi Ketua BPH AMAN Daerah Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan sejak Musyawarah Daerah ke-2 tahun 2016 hingga sekarang. Sekaligus, menjadi tenaga pengajar honorer di salah satu sekolah dasar negeri di Juhu.
Rubi tumbuh besar di Desa Juhu Kabupaten Hulu Sungai Tengah, lahir pada 10 April 1989, mempunyai enam saudara. Bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Hinas Kiri, SMP Negeri 1 BAT, SMA Negeri 3 Barabai. Desa Juhu terdapat di Pegunungan Meratus dengan kekayaan sumber daya hutan yang sangat banyak. Penduduk desa Julu adalah Dayak Meratus, sub Suku Dayak Alai. Sejak kecil, Rubi tinggal bersama keluarga paman dan sanak saudara dari ayah dan ibu.
“Paman saya adalah salah satu tokoh adat sekaligus kepala desa yang dulu namanya Pinan dan juga penjaga Juhu Meratus beserta peninggalan Adat dan Budaya sejak zaman para leluhur hingga sekarang,” kenangnya.
Aktivitas dan perjuangannya bersama Masyarakat Adat telah dijalaninya sejak mengecap pendidikan di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Banjarmasin, Kaltim jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Selama kuliah, Rubi aktif dalam gerakan Masyarakat Adat melalui AMAN Hulu Sungai Tengah. Berbagai pelajaran mengenai persoalan kehidupan Masyarakat Adat banyak didapatkannya ketika bergerak dan berjuang bersama Masyarakat Adat selama masa perkuliahannya.
Kenangan mengenai perjalanan perjuangan Masyarakat Adat telah meneguhkan hatinya untuk terus terlibat dalam gerakan Masyarakat Adat Nusantara. Kepedulian yang telah diberikannya kepada gerakan ini telah mengakar kuat dalam setiap langkahnya untuk mendorong agar Masyarakat Adat berdaulat, mandiri, dan bermartabat.
Selain memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat, Rubi juga menekuni pekerjaan lain yang dapat menambah wawasan dan pengalaman. Beberapa pengalaman kerja yang pernah ditekuninya adalah bendahara desa Juhu 2009-2015, petugas statistik, pelaksana PNPM Mandiri, Dewan Pengawas AMAN HST, anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Kepala Sekolah Yayasan PAUD/KB Anggrek I Desa Juhu, tenaga pengajar SDN Juhu, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Juhu, Sekretaris LPM Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Menikah pada tahun 2014, Rubi dengan istrinya bernama Rahmi Lawati kini tinggal bersama seorang putrinya bernama Elsa Rura Febyola Jasmine. Istrinya sangat mendukung kerja-kerja perjuangan Masyarakat Adat yang dilakukan Rubi. “Istri saya juga aktivis dan membantu dalam pergerakan pemberdayaan perempuan adat serta pemuda adat,” tambahnya.
Lasron Sinurat