Jakarta (16/10), www.aman.or.id - Toni Pangke, Kepala Desa Lonca, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi merupakan satu di antara korban gempa 7,4 SR di Sulteng pada 28 September lalu. Selain melihat dirinya yang menjadi korban, dia juga harus memikirkan nasib warganya yang juga sama-sama menjadi korban.
Rumah warganya di Lonca termasuk rumahnya sendiri hancur akibat gempa tersebut. Dampaknya tidak hanya rumah-rumah yang rubuh. Jalanan pun rusak bahkan ada yang tertimpa longsor, sehingga semakin mempersulit mereka untuk mengakses bantuan dari luar kampungnya.
“Pak Toni Pangke sampai menangis-nangis karena banyak rumah warganya hancur termasuk rumahnya. Kesedihannya bertambah karena kurangnya bantuan sampai ke kampungnya yang jauh,” tulis Rainny Situmorang di aplikasi AMAN.
Akses menuju Lonca harus melalui jalan yang rusak dan hanya bisa dilewati kendaraan roda dua. Sedangkan untuk komunikasi, sinyalpun tidak ada.
Akibat akses yang terbatas, beberapa hari mereka mulai kekurangan makanan seperti beras. Mereka sendiri bukan penghasil beras. Tidak hanya itu, mereka juga mulai kekurangan kebutuhan untuk perempuan dan anak. Juga untuk mandi.
Namun demikian, Toni Pangke menunjukkan tanggung jawabnya. Meskipun di saat genting demikian, semua orang sudah sepatutnya memiliki tanggung jawab yang sama, namun Pangke kukuh pada semangat dan tanggung jawabnya.
Dia tetap semangat dan berjuang mencari bantuan hingga ke Palu dengan membawa dokumen berisi semua nama setiap warganya dengan tulisan tangan yang rapi.
“Beliau serahkan dokumen tebal yang dia tulis rapi dengan tulisan tangan tersebut ke Posko AMAN dengan penuh harapan,” kata Rainny.
Tim AMAN pun memberikan 250 kg beras, garam 1 dus, Gula 100 kg, popok bayi, dan terpal ukuran 5x7 meter. Namun demikian bantuan tersebut belum bisa memenuhi semua kebutuhan yang diinginkan warga Lonca, hanya untuk beribadah dan membantu mendapatkan bantuan dari BNPB untuk semua warganya.
Jakob Siringoringo