Lombok Utara, www.aman.or.id-Memasuki periode tiga bulan masa pemulihan gempa di wilayah Lombok dan sekitarnya, SDN 1 Sukadana masih menyelenggarakan kegiatan belajar di dalam tenda terpal di wilayah Desa Sukadana.
Semenjak gempa pertama berkekuatan 6,4 skala richter dan 7,0 skala richter yang meluluhlantakan wilayah Lombok dan sekitarnya, telah mengakibatkan lima bangunan fisik Sekolah Dasar Negeri, yaitu SDN 1 Sukadana, SDN 2 Sukadana, SDN 3 Sukadana, SDN 4 Sukadana dan SDN 5 Sukadana mengalami kehancuran fisik bangunan di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.
Berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dilansir kompas.com (30/10) tercatat, total keseluruhan gempa bumi yang mengguncang Lombok sejak tanggal 29 Juli berjumlah 1.973 gempa bumi.
Untuk membangun semangat belajar anak-anak usia sekolah dasar Forum Pemuda Sukadana (FPS) berinisiatif dengan memberikan pendampingan untuk para wali murid dan para siswa-siswi didik.
Upaya yang dilakukan FPS mendapat dukungan dari Ikatan Alumni Teknologi Surabaya (IKA ITS) berupa bantuan tenda berukuran 15×7 meter dan terpal berukuran 15×7 meter untuk mendirikan tenda yang akan dipakai sebagai sekolah darurat. Pendirian tenda dilakukan secara bergotong royong FPS bersama para guru SDN 1 Sukadana dan para wali murid mendirikan tenda dengan terpal tersebut.
Kepala Sekolah SDN 1 Sukadana, Jamatisnawan menyambut gembira upaya yang telah dilakukan FPS sebagai wujud kepedulian terhadap pendidikan anak-anak di Desa Sukadana.
“Saya sangat berterima kasih kepada FPS dan IKA ITS yang peduli untuk membantu terselenggaranya proses belajar mengajar dalam kondisi darurat,” ungkap Jamatismawan.
Meskipun proses belajar SDN 1 Sukadana dapat berjalan kembali, namun tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.
Sodok Parno, guru kelas enam menjelaskan bahwa proses belajar mengajar yang diselenggarakan di dalam tenda hanya berlangsung sampai setengan hari.
“Di dalam proses belajar mengajar kami tetap lakukan sesuai prosedur sesuai surat edaran yang disampaikan oleh Kemendiknas beberapa bulan lalu, namun dalam proses ngajar mengajar kami hanya sampai pukul 12.00 wita, hal ini disebabkan di dalam tenda terasa panas dan sumpek,” jelas Sodok.
Lebih lanjut Sodok mengatakan, kondisi ruangan yang panas mengakibatkan para siswa-siswi didik tidak lagi fokus mengikuti pelajaran yang diberikan, karena mereka mulai keluar tenda.
“Kami sebagai guru tidak berani memaksakan para siswa-siswi untuk mengikuti pelajaran selanjutnya, untuk mengisi satu jam sebelum pulang kami mengisi mata pelajaran dengan imtak sampai tiba jam pulang,” ungkap Sodok.
Sodok juga berharap untuk masa depan, akan lebih banyak pihak membantu terselenggaranya kembali proses belajar mengajar sekolah-sekolah dasar di seluruh Desa Sukadana melalui bantuan baju seragam sekolah dan pembangunan kembali gedung sekolah.
Saat ini, tenda yang dipakai untuk menyelenggarakan sekolah darurat sudah mulai berlubang, dan musim hujan telah tiba.
Raden Bambang – Jurnalisme Warga Komunitas Sukadana, Lombok Utara
Editor : Eka Hindrati – Direktur Infokom PB AMAN