Pecinta Alam Indonesia: Belajar Kembali ke Kearifan Lokal

Pecinta Alam Indonesia: Belajar Kembali ke Kearifan Lokal

Jakarta (21/8), www.aman.or.id - Para pecinta alam Indonesia terus bergerak sebagai relawan untuk membantu para korban di Lombok, NTB. Kini grup pencinta alam yang sudah bergabung terdiri dari Mapala Palu-Sulawesi Tengah, Forum Pencinta Alam Bandung Raya, dan Mapala Riau. Mereka hadir dengan biaya mandiri lewat penggalangan dana di kampus.

“Rombongan mereka masih akan terus berdatangan. Yang dari Palu, misalnya, mereka datang dengan galang dana di kampusnya sendiri,” kata Ketua BPH AMAN NTB Lalu Prima W. Putra.

Selain membantu para korban dengan aktivitas fisik di lapangan, mereka juga berniat belajar lebih jauh untuk membantu pemulihan masyarakat NTB. Kali ini mereka merencanakan menyusun proses tanggap darurat dengan berpedoman kepada kearifan lokal.

“Mereka merencanakan tahapan proses tanggap bencana berupa tanggap darurat, pemulihan, rehabilitasi dan rekontruksi, serta mitigasi/pengurangan resiko bencana,” kata Lalu Prima kepada aman.or.id.

Rizal dari Lembaga Mahasiswa Pecinta Alam Tadulako (MAPATALA), membenarkan hal tersebut. Menurutnya, mereka kemarin telah bertemu dengan Penghulu Adat Sembalun: Abdurrahman Sembahulun. Mereka bertemu dan membicarakan perihal gempa yang melanda wilayah Nusa Tenggara Barat.

Dari sisi spiritual, Abdurrahman mengatakan bahwa bencana alam tersebut terjadi dapat dikaitkan dengan merenggangnya kedekatan antara manusia dengan alam. Nilai-nilai moral terhadap adat-istiadat sudah mulai berkurang. Hal ini, kata Pengulu Abdurrahman sebagaimana ditirukan Rizal, dapat dilihat dari pembangunan rumah yang sudah mulai menyalahi aturan adat-istiadat. 

“Beliau menyatakan bahwa gempa terjadi karena masyarakat sudah kurang simpati terhadap adat-istiadat di Sembalun atau wilayah Lombok dan sekitarnya,” jelas mahasiswa bernama lengkap Muh Rizal R Dekol itu.

Berangkat dari sini, tim pecinta alam tersebut berencana untuk mengajak warga khususnya generasi muda untuk menghormati dan menjaga kearifan lokal. Untuk itu, mereka akan membentuk suatu organisasi pemuda untuk mencapai tujuan tersebut.

“Kami ingin mengajak generasi muda untuk membentuk sebuah organisasi yang berkaitan dengan kearifan lokal,” katanya. Kita berharap, lanjut mahasiswa Universitas Tadulako, kawula muda di NTB menyadari betul betapa pentingnya adat-istiadat dan tidak bisa ditinggalkan apalagi dihilangkan sekalipun perkembangan globalisasi sangat pesat.

Jakob Siringoringo - Infokom PB AMAN

Tinggalkan Balasan