Lebak, www.aman.or.id – Ratusan Masyarakat Adat dan perwakilan Masyarakat Adat bergotong royong mempersiapkan tempat untuk acara ritual Seren Taun Kasepuhan Cisungsang, Banten mulai dari penataan tempat ritual, merapihkan lumbung padi, panggung hiburan, dan tempat lainya yang akan digunakan untuk kegiatan Seren taun.
Seren Taun adalah ritual tahunan yang harus diselenggarakan oleh Masyarakat Adat Kasepuhan Cisungsang. Ritual ini selain sebagai penanda berakhirnya proses ngamumule Pare (Merawat dan memanen padi) dan Makaya (Aktifitas satu tahun) juga sebagai kesempatan bersilaturahim semua anggota Masyarakat Adat dengan Abah (Ketua Adat) dan pemerintah.
Secara umum ada dua kegiatan budaya yang melibatkan ribuan masyarakat adat dan pemerintah. Pertama, Seba Baduy, dalam ritual ini, semua masyarakat adat Baduy, yang laki- laki mendatangi dan menghadap Bapa Gede (Pemerintah), melalui interaksi budaya ini dapat dilihat bahwa komunikasi yang dilakukan adalah Masyarakat Adat yang mendatangi pemerintah untuk menyampaikan semua permasalahan dan harapanya. Jadi Masyarakat Adat “bertamu” menghadap pemerintah dan Ritual Seba Baduy dilaksanakan di luar wilayah adat Baduy.
Kedua, Seren Taun, dalam Ritual ini, dilaksanakan di dalam wilayah adat Masyarakat Kasepuhan, artinya, pemerintah yang bertamu ke Masyarakat Adat. Kebalikannya dari Seba Baduy, Masyarakat Adat Kasepuhan yang mengundang pemerintah untuk menghadiri Seren taun, dan dalam acara tersebut masyarakat menyampaikan semua permasalahan dan harapanya.
Seren Taun Cisungsang 2018, mengambil tema, “Tak Tak Ulah Ngaluluhuran Sirah, Sing Inget Kana Purwadaksi”, yang artinya, “Pundak jangan melebihi Kepala, harus ingat dengan ketentuan.”
Purwadaksi berasal dari bahasa Sansekerta, dimaknai sebagai tempat asal. Purwa-daksi (Timur Selatan) bermakna sebagai individu, artinya adalah asal muasal, sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai asal usul yang masih memiliki tradisi leluhur. Lebih jauh, makna “Tak tak ulah ngaluhuran sirah, sing inget kana purwadaksi”, adalah sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah SWT diharuskan mengingat asal muasal kehidupan, jangan sampai terjadi,“Poho mana wetan, poho mana kidul”, makna lainnya sebagai manusia ada yang dilahirkan duluan dan ada yang belakangan, hal ini melahirkan sifat menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda.
Seren Taun Cisungsang 2018, diselenggarakan mulai tanggal 30 Juli – 06 Agustus 2018. Kepanitiaan dalam ritual ini terbagi menjadi dua, yaitu Panitia Dalam terdiri dari para Tetua Adat yang sudah turun temurun yang mengelola dan mempersiapkan segala keperluan Ritual Adat, sedangkan Panitia Luar, terdiri dari para Pemuda Adat, Tokoh Adat, dan unsur pemerintah desa bertugas untuk mengatur dan mengelola kegiatan penunjang untuk Ritual Seren Taun.
Henriana Hatra-PD AMAN BANTEN KIDUL/SABAKI