Jakarta (30/7), www.aman.or.id - Bertemu dengan pejabat negara tidak mutlak identik dengan sistem protokol. Itulah yang dicerminkan Bupati Samosir di Sumatera Utara. Dalam acara Retreat Metodologi Pendidikan Adat kemarin malam (29/7) yang digelar di Hutabalian, Sianjur Mula-Mula, Bupati Samosir Rapidin Simbolon hadir dan bertemu dengan para penggerak sekolah adat senusantara.
Ia mengenakan sarung sama seperti semua peserta retreat. Simbolon didampingi sang istri, Sorta Ertaty Siahaan. Sebelum giliran berbicara, ia dengan santai mendengarkan penjelasan-penjelasan singkat tentang AMAN dan sekolah adat secara khusus berturut-turut dari Wakil Ketua DAMANNAS Region Sumatera Abdon Nababan, Deputi IV Sekjen AMAN Mina Setra dan penggagas Rumah Belajar Sianjur Mula-Mula Reinhard Sinaga atau dikenal dengan Nagoes.
Pertemuan diadakan di Rumah Belajar Sianjur Mula-Mula, sebuah rumah panggung yang jadi ruang bagi anak-anak sekolah adat Hutabalian belajar sama-sama, bertanya sama-sama, kerja sama-sama. Semua peserta duduk melingkar tanpa terbedakan bahwa di antara lingkaran itu ada orang nomor satu di Kabupaten Samosir.
Ia mengaku senang bisa duduk bersama melingkar seperti di rumah sendiri. Sebagai seorang bupati, katanya, pasti ada protokol untuk bisa duduk bersama dengan warga di rumah dan di kampung. Saya tidak suka protokol itu sebenarnya, ungkapnya.
"Secara pribadi, saya sangat suka dengan situasi seperti ini, berbaur tanpa sekat, bisa berkumpul dengan Masyarakat Adat. Saya terbawa suasana sehari-hari, bersih dan natural,” Simbolon menjelaskan.
Di sisi lain, Mina Setra menuturkan kalau sekolah adat sudah sangat berkembang. Terbaru, katanya, yang teridentifikasi dan bergabung dalam Yayasan Pendidikan Masyarakat Adat Nusantara (YPMAN) adalah Sekolah Adat Jayapura, Papua. Retreat kali ini sedikit berbeda, sebab ada kepala daerah yang mau langsung bergabung dan menerima kehadiran anak-anak muda yang punya inisiatif untuk membangun gerakan pendidikan adat.
baca juga: Pendidikan Adat, Jati Diri Masyarakat Adat
“Bertemu dengan bupati minus protokol, bahkan ia komitmen mendukung pendidikan adat khususnya di Samosir. Akan ada lima sekolah adat lagi setelah Rumah Belajar Sianjur Mula-Mula yang akan digagas Nagoes, dan Pak Rapidin komitmen untuk mendukung sepenuhnya,” ujar Mina.
Nagoes menambahkan bahwa gerakan pendidikan adat yang sedang berjalan di Samosir kiranya terus didukung Pemerintah Kabupaten Samosir. Ia mengapreasiasi hadirnya Bupati Samosir. Pertemuan malam yang dingin tersebut berlangsung baik dalam suasana informal dan kekeluargaan.
Tentang Masyarakat Adat, Rapidin Simbolon menyatakan bahwa negara (NKRI—red) terbentuk dari berbagai Masyarakat Adat di Nusantara. “Terus terang, kalau kita belajar dari pengalaman, bahwa kita ini terbentuk dari berbagai Masyarakat Adat, sehingga dari itu semua disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Seraya berbagi pengalaman, Simbolon mengaku kagum dengan generasi muda dari berbagai penjuru nusantara yang berpegang teguh menjaga nilai-nilai Masyarakat Adat. Hal itu saya lihat sendiri hari ini, katanya, bahwa generasi muda punya kepedulian tinggi membangun pendidikan adat.
Bupati Samosir periode 2016-2021 itu juga berjanji akan memberikan hibah kepada sekolah adat-sekolah adat di Samosir. Meskipun demikian, kita perlu mengawal bahwa komitmen janjinya juga tidak terhambat protokol birokrasi.
Jakob Siringoringo - Infokom AMAN