Saat ini, dunia pendidikan formal di Indonesia masih fokus pemberian materi secara teori, kepada para anak didik, sedangkan pembekalan ilmu disertai praktiknya masih minim. Hal ini membuat siswa kesulitan menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah formal.
Untuk itu, pendidikan di Indonesia memerlukan pendekatan yang baru, untuk mendorong peserta didik memahami penerapan ilmu yang diperoleh di kelas di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga aspek pengalaman mendapatkan pengetahuan dan perasaan empati dalam proses belajar dapat berkembang.
Sekolah yang diselenggarakan di luar ruangan kelas, populer disebut sekolah alam menjadi alternatif pilihan metode pendidikan, di luar sekolah formal di Indonesia. Sekolah alam, mengajak peserta didiknya melihat dan mengalami langung apa yang dipelajari di alam sekitarnya. Pendekatan baru ini memanfaatkan kekayaan alam sebagai media belajar.
Salah satunya, sekolah alam di Teluk Sepang yang terletak di pesisir laut kota Bengkulu, Pulau Sumatera. Sekolah alam ini, baru berdiri tanggal 30 April lalu, dengan peserta didik 15 anak sia 6-10 tahun. Materi pendidikan yang ajarkan, antara lain pelestarian tarian adat, belajar sejarah adat, bercocok tanam sebagai masyarakat adat. Tenaga pengajar berasal dari anggota Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) dan Kanopi Bengkulu, lembaga yang melakukan advokasi untuk isu lingkungan.
Sekolah alam dengan slogan, “Belajar sama-sama, Semua orang adalah guru dan Alam raya sekolah ku,” menjadi cara efektif untuk mengajak kembali anak-anak sejak dini mengenal adat istiadat, yang mulai ditinggalkan oleh metode pendidikan formal di sekolah-sekolah. BPAN dan Kanopi Bengkulu percaya, dengan membangundirikan sekolah alam, adalah cara untuk membangun generasi muda yang mencintai adat istiadatnya.
Engga Zakaria Sangian-ANGGOTA BPAN BENGKULU