Harun Noeh; Menggerakkan Pemuda Adat

bprpi
bprpi

Mengenai perebutan wilayah adat oleh anak-anak muda. Sebagai leluconnya “yang tua lah yang maju, kan dikit lagi mati” buka Harun Nuh dalam penghantarnya. “Anak-anak muda rakyat penunggu telah ikut merebut tanah yang diperjuangan sejak tahun 1953. Mengenai kebijakan, keputusan, surat dari pemerintah sudah banyak sekali. Secara tertulis ada perjanjian dengan pemerintah Belanda menyatakan bahwa Masyarakat Adat Rakyat Penunggu ada. Untuk merebut wilayah adat pemuda yang bertempur di lapangan,” papar Harun Nuh lebih jauh
Kita ribut dengan perusahaan perkebunan, ini yang selalu dibenturkan dengan kita. Dalam perebutan tanah yang terjadi adalah parang-parangan. Kalau ditanya ada yang kena tembak, kena bacok. Pasti pernah, apakah itu pelanggaran HAM?
Itulah realitas yang terjadi ketika kita merebut tanah kita.

Bagaimana mereka terus menerus ikut dalam perjuangan merebut wilayah adat. Kita perlu memberikan informasi mengenai sejarah tanah adat. Generasi muda bilang itu tanah negara, ternyata para orang tuanya tidak menceritakan pada anak muda, ini dulu tanah kita. Juga tidak ada tulisan kertas tentang cerita tanahnya jaman dahulu. Akhirnya para pengurus membuat cerita itu dengan doktrin “Setiap perjuangan tidak selalu menang. Tapi kalau perjuangan itu benar, pasti akan menang”. Pemuda juga terlibat dalam memimpin perebutan wilayah adat. Para orang tua harus memberikan kesempatan pada para pemuda untuk mengatur para orang tua dan tokoh adat dengan catatan juga harus terus dikawal oleh mereka.

Pengurus harus rajin ke kampung-kampung untuk rekrut anak-anak muda yang ada di kampung-kampung. Kita ajak mereka untuk mempertahankan wilayah dan mengingatkan bahwa ini adalah masa depan. Karena tanah adalah sumber mata pencaharian, kalau hilang akan susah, akan jadi penonton di tanah sendiri, jadi harus rajin turun ke kampung untuk rekrutmen pemuda.

Apa saja tugas pemuda adat dalam mempertahankan keutuhan wilayah adat?

Orang tua mengatakan kita tidak punya alat. Sekarang sudah ada kamera,video, dan berbagai alat lainnya. Pemuda harus membuat dokumentasi, menggali cerita-cerita yang ada dari orang tua dan itulah yang menjadi modal untuk merebut tanah, hutan, laut, dan area adat. Kemudian memetakan wilayah adat dengan adanya program untuk pemetaan. Baru kali ini kami memetakan wilayah seluas 250,000 hektar di Langkat dan Deli Serdang. Sekarang sudah hampir 4 bulan, pemuda adat melakukan pemetaan sampai sekarang belum selesai juga. Sudah ada hotel, bandara Kuala Namu, perumahan mewah, baru 2.000-an hektar yang bisa kami kuasai. Pemetaan itu penting untuk mengetahui batas-batas adat. Jujur baru kali ini kami memetakan wilayah kami dan bisa menjadi alat negosiasi.

Setelah didokumentasikan, penting untuk mengkampanyekan, Maka sekarang anak-anak muda adanya beberapa dukumen-dokumen tersisa bisa menggunakan media sosial, FB, Youtube, Radio komunitas. Kita siarkan bagaimana perjuangan Masyarakat Adat. Kalau tanah kami digusur, kami tidak ada lagi. Karena memang di tanah itulah tempat kehidupan kita, tidak tahu lagi mau di mana membuat ritual upacara adat, tak mungkin melakukan ritual di tanah yang sudah jadi hotel.

Kemudian banyak yang muncul dan mengaku sebagai Masyarakat Adat. Mereka juga cukup terstruktur. Kesultanan, kedatukan, hidup tumbuh sangat kencang dan masuk ke kampung-kampung. Inilah kelompok yang diakui pemerintah, kerajaan, kesultanan. Misalnya di Pak-Pak, AMAN ini dibilang Aliansi Masyarakat Anti Negara. Kelompok yang tiba-tiba muncul ini masuk ke kampung-kampung, kalau anggota AMAN tidak serius, tidak berkomitmen dan melekat dalam dirinya, maka dia akan tersingkir. Kita sebagai organisasi AMAN harus melekat pada diri masing-masing anggotanya. AMAN adalah satu-satunya rumah gerakan untuk perjuangan Masyarakat Adat.
Seperti apa yang BPRPI tanamkan kepada generasi muda sehingga ke mana pun mereka pergi tetap membawa organisasi. Itulah yang harus kita sepakati. AMAN menjadi organisasi dan rumah untuk perjuangan mempertahankan wilayah, hutan, laut milik Masyarakat Adat. Kalau itu sudah,
dengan anggota 2000 komunitas AMAN, kita sudah bisa merebut kembali tanah kita.

Untuk merubah perilaku tersebut kita yang harus mengisinya agar tidak terus tertindas. Kami yang masih muda-muda menginginkan agar para orang tua bisa memberikan pemahaman pada anak-anaknya menjadi angota Barisan Pemuda Adat.

Bagi pemuda-pemuda adat yang ada di Sumatera Utara kami terus menekan ikut serta dalam memperjuangkan hak,
begitulah kami para pengurus-pengurus AMAN atau BPRPI, harus menyampaikan bagaimana sebenarnya sejarah tanah adat tersebut. Karena memang dulunya paling tidak generasi muda mengatakan itu tanah negara, karena lama dikuasi oleh perusahaan PTPN, dan orang-orang tuanya
tidak menceritakan pada anak mudanya, bahwa dulunya tanah jaluran juga tidak ada tulisan selembar kertaspun.

Tinggalkan Balasan