AMAN, 12 November 2014. Hari ini (12/11), Komnas HAM menggelar Inkuiri Adat region Nusa-Bali. Beberapa kasus yang menimpa masyarakat adat pun mengemuka. Salah satunya dari masyarakat adat Perkasa.
Seperti ditulis Siti Maemunah, Badan Pengurus Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dan Peneliti Sajogyo Institute, di akun media sosialnya hari ini (12/11), menyebutkan bagaimana aparat justru mengitimidasi masyarakat adat agar menyingkir dari tanah leluhurnya.
“Saya diborgol. Tak bisa berbuat apa-apa,” ujar Pak Samsudin, salah seorang masyarakat adat Pekasa, Sumbawa Barat, “Kalian harus mengosongkan tempat ini dalam satu minggu,” kata pak Syamsudin.
Menurut Syamsudin, delapan kali petugas meledakkan senjatanya di dekat telinga Bapaknya. “Bapak saya pingsan di pangkuan Ibu saya, dan meninggal,” lanjutnya, “Ia hanya sempat menyebut La Illah Haillallah. Kampung kampung kami pun dibakar,”
“Kami tidak tahu kenapa harus meninggalkan tempat kami. Jam 3 malam mereka datang ke lokasi dan kami diberi waktu 2 menit untuk mengosongkan rumah-rumah kami,” ujar Dato Pekasa, sambil sekali-sekali menirukan ucapan petugas saat kampung mereka dibakar, “Mereka berkata akan membakar rumah kami karena membikin rumah di hutan lindung.”
Menurut Dato Pekasa, total ada 64 rumah yang dibakar pada 2011 oleh 34 aparat. “Ini pembakaran kampung yang ketiga kalinya yang dilakukan aparat Pemerintah terhadap masyarakat adat Pekasa di Sumbawa Barat,” tegasnya.