Di Bangladesh ada Muhammad Yunus yang mendapatkan Nobel karena mengentaskan kemiskinan dengan sistem kredit yang mudah diakses. Di Kalimantan Barat, ada juga “Muhammad Yunus dari Bumi Dayak”. Dialah Anselmus Robertus Mecer, seorang tokoh Masyarakat Adat dari Komunitas Adat Dayak Krio di Kabupaten Ketapang, yang sejak tahun 80an telah mendedikasikan hidupnya untuk kemandirian ekonomi orang Dayak di Kalimantan melalui sistem keuangan berbentuk Credit Union (CU).
Anselmus Robertus Mecer, yang lebih familiar dengan sebutan pak Mecer, Lahir 27 Maret 1944 dan dibesarkan di sebuah keluarga sederhana di kampung Menyumbung, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Sejak lulus dari sekolah Dasar, beliau meninggalkan kampung halaman untuk melanjutkan sekolah tinggi di Singkawang, Kalimantan Barat. Kemudian melanjutkan pendidikan Matematika di IKIP Bandung.
Setelah menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1978, beliau megawali kariernya menjadi dosen di Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat. Sejak saat itu, beliau dan beberapa temannya sudah prihatin tentang kemiskinan yang merajalela di kalangan orang Dayak. Mereka sepakat bahwa salah satu faktor penyebab kemiskinan itu adalah tingkat pendidikan rendah karena sulitnya mengakses pendidikan murah. Dengan keyakinan untuk memperjuangkan nasib orang Dayak, Pada tahun 1982, beliau mendirikan Yayasan Pancur Kasih pekerjaan sosial, yang mengelola sekolah SMP dan SMA pada tahun 1982 dan kemudian mendirikan Credit Union Pancur Kasih pada tahun 1987. Beliau juga pernah menjabat sebagai anggota MPR dari Utusan Golongan Minoritas Dayak.
Daya magis yang diciptakan melalui sebuah perubahan yang konsisten, melalui perjuangan tanpa henti dan karya nyata serta kecintaannya terhadap orang Dayak dan perjuangannya untuk mengubah masa depan Dayak tidak diragukan lagi. Lewat Credit Union Pancur Kasih yang beliau dirikan bersama teman-temannya, telah membantu ratusan ribu keluarga di Kalimantan. Bahkan aset yang terkumpul sampai saat ini telah mencapai triliunan rupiah. Tak hanya di Kalimantan Barat, keberhasilan beliau dalam memperjuangkan kemandirian ekonomi rakyat lewat konsep CU, juga telah membantu terciptanya CU-CU yang dirancang dengan model yang sama di Papua, Sumatera, Sulawesi, Jawa dan seluruh Kalimantan.
Selain itu, keberhasilan pak Mecer juga telah menarik minat para pengunjung dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina dan Vietnam untuk belajar mengembangkan Credit Union di tempat mereka masing-masing. Pak Mecer kemudian membantu mereka dengan menciptakan model CU mereka sendiri sampai mereka bisa menjalankannya secara mandiri. CU yang didirikan oleh Pak Mecer tidak hanya bertujuan meningkatkan perekonomian rakyat, tetapi setelah kerusuhan etnis tahun 1997 di Kalimantan Barat, mereka juga membantu mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi.
Beliau menyadari bahwa dalam CU, semua berbaur tanpa memandang agama, ras atau status. Prinsip dasarnya adalah demokrasi, solidaritas dan tanpa diskriminasi. Atas upaya mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi inilah, pada tahun 2007 sebuah lembaga kerjasama pembangunan internasional yang berbasis di Brussels (CIDSE) memilih Pak Mecer sebagai salah satu dari 17 orang di Asia yang mendedikasikan hidup mereka untuk mempromosikan perdamaian. Meskipun CU yang beliau kembangkan telah meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pak Mecer masih memiliki harapan lain seperti yang tertuang dalam quote beliau ini: “Jika 50 persen orang di Kalimantan dan di Indonesia menjadi anggota CU, saya yakin jumlah orang miskin akan berkurang. Ini adalah kontribusi terbesar CU bagi bangsa dan negara.” Saat ini, beliau juga sedang mengembangkan CU Filosofi Petani Pancur Kasih di Kalimantan Barat.