“Suara ril di lapangan seringkali bukan menjadi hasil akhir”
Jakarta 15 Desember 2013- Pelaksanaan Pemilu tahun 2014 semakin dekat, semua partai politik bersiap diri menyongsong pesta demokrasi tersebut. Bermacam cara dilakukan para kader partai, yang paling populer dan banyak peminatnya adalah kader berorientasi pada kekuasaan dengan biaya mahal.
“Kongres AMAN 2012 sudah memutuskan agar mendorong memfasilitasi kader-kader politiknya. Jika Ormas seperti AMAN bisa memenangkan satu atau dua tiga kursi dengan konsep struktur organisasinya baik, anggotanya terkonsolidasi, itu harus kita dukung. Contohnya kader Sulsel, Mahir Takaka maju sebagai Caleg untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dengan biaya murah, karena di sana pengurus daerahnya cukup besar. Dengan menggerakkan 11 pengurus daerah dan komunitas anggota bisa memenangkan Mahir Takaka jadi anggota DPD, itu yang sedang kita uji,” papar Sekjen AMAN Abdon Nababan saat membahas strategi politik masyarakat adat dalam Pemilu 2014 di Hotel Ibis bilangan Kebon Sirih Jakarta 14 Desember 2013.
Bagi AMAN Pemilu legistatif dan pemilihan presiden 2014 bukan perebutan kekuasaan semata, tapi ke arah mana AMAN akan melangkah. “Kita sudah tahu, tanpa berpolitik tidak mungkin mempengaruhi kebijakan publik, karena pemahaman kita tidak akan ada perubahan sistematik di dalam lingkungan publik kalau publik itu tidak terorganisir di dalam kekuatan politik.
Advokasi kebijakan AMAN diterima semua pihak, lalu bagaimana kader AMAN bisa duduk dalam kekuasaan di berbagai tingkatan dan masih punya kesadaran serta tanggung jawab pada komunitasnya. Dalam diskusi ini diharapkan munculnya ide yang layak untuk diperiksa, bagaimana kondisi ril saat ini, menggali langkah-langkah, gagasan-gagasan, strategi serta informasi terkini baik dari dalam maupun dari luar. Bagaimana menemukan tempat yang pas jika kader AMAN masuk arena politik. Mendorong strategi AMAN itu mungkin tidak dengan format yang biasa, bisa jadi dengan dengan terobosan tertentu misalnya,” harap Sekjen AMAN mengakhiri sambutannya.
Deputi I Monang Arifin Saleh menggaris bawahi bahwa hasil diskusi ini akan menjadi pegangan yang kuat bagaimana kader AMAN berpolitik, tidak hanya untuk tahun 2014, tapi untuk selanjutnya.
Menurut Don Marut sebagai pemandu diskusi menyampaikan bahwa suara ril di lapangan seringkali bukan menjadi hasil akhir. Sementara Isjaya Kaladen menyampaikan pengalamannya saat mencalon diri untuk kedua kalinya, berhadapan dengan banyak kepentingan, masalah materi dan permainan politik partai yang sulit sekali dicerna serta tidak masuk akal sehat. Pada sisi lain Lerry Mboeik menyampaikan bahwa salah satu yang harus dicermati justru politik transaksional para incumbent. Rangkaian acara dilanjutkan Pertemuan Konsolidasi Politik tanggal 16-17 Desember 2013.***JLG