Training Fasilitator Pemetaan, AMAN-Kalbar

Training Fasilitator Pemetaan, AMAN-Kalbar

PONTIANAK. Sebagai upaya untuk mempertegas identitas komunitas Masyarakat Adat (MA) yakni menunjukkan identitas serta menumbuhkan kesadaran tentang wilayah dan potensi di dalamnya. Untuk itu harus ada upaya nyata, salah satunya melalui pembuatan peta kawasan adat. Lebih jauh lagi untuk mengetahui tujuan dan fungsi adanya peta tersebut, Unit Kerja Pelayanan Pemetaan Partisipatif (UKP3) AMAN-Kalimantan Barat (Kalbar) melakukan Training of Trainer (TOT) pemetaan.

Kegiatan training yang bertemakan, “Training Fasilitator Pemetaan dan Perencanaan Partisipatif,” dilaksanakan selama empat hari pada (22-25 April 2013) lalu di Aula LBBT, Pontianak. Jumlah peserta yang hadir dalam training ini sebanyak 26 orang, terdiri dari fasilitator, narasumber, serta utusan dari 7 Pengurus Daerah (PD), Pemuda Adat, Perempuan AMAN, PW (Pengurus Wilayah), dan dua daerah yang akan menjadi calon PD, yakni Kab. Sanggau dan Melawi.

Dalam sambutannya Agapitus selaku Pelaksana Tugas (PLT) Badan Pengurus Harian (BPH) PW AMAN Kalbar mengatakan; “Kegiatan ini merupakan upaya memperkenalkan tentang pemetaan serta melatih kader-kader yang ada di PD. Dan merupakan salah satu bagian dari program AMAN secara nasional guna mendukung percepatan-percepatan proses pemetaan di-kawasan komunitas adat,”ujar Aga.

Lebih lanjut Aga menekankan agar dalam pelaksanaan training tersebut para peserta dapat benar-benar memanfaatkan waktunya secara maksimal. “Pelatihan ini merupakan kulitnya saja. Meskipun terbilang singkat, namun tidak mengurangi esensi dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu manfaatkanlah setiap materi dan teori yang disampaikan oleh fasilitator,” himbau Aga.

Fasilitator dalam training ini adalah Lorensius Owen, Edy Saulus dari Pemberdayaan Pengelolaan Sumber Daya Alam Kerakyatan (PPSDAK) Pancur Kasih. Kegiatan hari pertama dan ke-dua difokuskan pada gastroming, berupa materi seputar gerakan masyarakat adat dan hak-haknya, mengenal langkah-langkah pemetaan partisipatif dan alur-alurnya, pemeragaan cara-cara mengoperasikan Global Position System (GPS) dan titik koordinat. Selain itu juga dipaparkan mengenai apa itu Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA), dengan maksud agar komunitas daerah bisa secepatnya mendaftar.

Pada hari ke-tiga para peserta diajak untuk berpraktek langsung di lapangan, menggunakan GPS dan mengambil titik-titik yang sudah ditentukan. Para peserta dibagi dalam beberapa kelompok, mereka mencari sendiri lokasi-lokasi disekitar kota Pontianak.

Uniknya strategi dalam menentukan rute perjalanan, fasilitator tidak ikut campur, semuanya diserahkan kepada kreativitas masing-masing kelompok.Ini sebagai upaya persiapan agar jika nantinya mereka di lapangan, medan yang dihadapi akan lebih kompleks dan menantang. Setelah selesai mengambil titik terluar dan titik terdalam kota Pontianak, peserta dilatih menginput data secara manual dalam peta dasar.

Pada hari ke-empat para peserta disuguhi secara singkat tentang dasar-dasar Geografic Information System (GIS). Dalam materi ini dibahas secara singkat tentang cara-cara menginput data-data yang sudah didapat dari lapangan ke-dalam sebuah peta, sehingga kemudian jadilah peta suatu kawasan. Para peserta pun tampak serius menyimak pemaparan dari fasilitator.

“Ini hanya pengenalan saja. Kalau teman-teman mau mendalami tentang GIS ini nanti pun saya yakin pasti bisa. Asalkan ketekunan dalam belajar, jangan mudah menyerah. Dan kalau sudah dapat ilmunya jangan lari ke perusahaan sawit,”saran Edy Saulus.

Pada bagian akhir dari kegiatan pelatihan singkat ini para peserta juga diajak untuk memberikan review terhadap kegiatan pelatihan yang telah dilakukan selama empat hari, yang dipandu oleh fasilitator. “ Jangan pernah puas terhadap apa yang sudah didapat. Nantinya kawan-kawan yang dilatih akan menjadi fasilitator di kampungnya masing-masing minimal bisa menjelaskan, mengapa begitu penting adanya sebuah peta dalam masyarakat adat. Kalau memang belum bisa sendiri memfasilitasi, bisa minta bantu teman-teman dari PD lain,”ujar Lorensius Owen memompa semangat para peserta.

Adi Hermawan, pengurus UKP3 PD AMAN Ketapang Utara merasa senang bisa mengikuti training. Menurutnya sangat berharga dan sangat langka sekali bisa mengenal dan mengetahui tentang pemetaan ini. “Saya senang bisa ikut latihan ini, meskipun yang kita tahu baru hanya kulit luarnya saja, setidaknya sudah ada gambaran bagaimana memfasilitasi di kampung nanti,”ucapnya.

Tindak lanjut dari kegiatan training ini, para peserta secara umum akan mengisi bagian UKP3 di PD masing-masing, harus bisa mensosialisasikan tentang pentingnya penataan ruang kawasan komunitas dan tujuan dari pentingnya peta. Mereka akan didorong mengindentifikasi dan mendorong komunitas kampung-kampung yang ada di daerahnya dan secepatnya melakukan pemetaan.

Jumlah komunitas masyarakat adat yang menjadi anggota AMAN di Kalimantan Barat sebanyak 148. Sedangkan kepengurusannya daerahnya ada 7 (tujuh), yakni Kapuas Hulu, Sintang, Sekadau, Landak, Ketapang Utara, Ketapang Tengah, Ketapang Selatan. Dalam waktu dekat yang akan didorong untuk menjadi PD adalah Kab. Sanggau, Melawi, Kubu Raya & Bengkayang.

Dari total keseluruhan luas Kalbar yang mencapai 147. 307 Km2 sampai saat ini baru 10,41 persen yang sudah dipetakan atau baru mencapai 1,5 juta Ha dari 14,680,700.00 Ha. Baru 369 kampung pada 28 sub-suku. (data; PPSDAK, Oktober 2012). Sedangkan yang sudah terdaftar pada Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) baru mencapai 89 kampung pada 28 sub-suku, dengan total luasan mencapai 201,581,18 Ha (data;

BRWA Kalbar, Oktober 2012). Sementara sisanya belum dipetakan, sedang dilakukan upaya fasilitasi pemetaan.

Melihat catatan tersebut menjadi pekerjaan besar bagi para PD-PD dan PW AMAN serta berbagai stakeholder lainnya di Kalbar untuk melakukan upaya-upaya mendorong percepatan pemetaan partisipatif di kawasan komunitas adat. (Yogi Pusa, AMAN Kalbar)

Tinggalkan Balasan